![]() |
Tata Cara Aqiqah | Dalil Aqiqoh | Hukum Aqiqoh dan Waktu Menyembelih Hewan Aqiqoh |
Dalam Tata Cara Aqiqoh, Hukum dan Dalil Aqiqoh serta doa dalam acara aqiqoh dan waktu menyembelih hewan untuk aqiqoh akan kami terangkan di bawah ini.
Hukum Aqiqah
Hukum aqiqah menurut yang kami baca dalam fiqih adalah sunnah muakkad. Seperti yang diterangkan dalam kitab Tausyikh Syarah Fathul qoribul mujib sebagai berikut:
وَالْعَقِيْقَةُ اَيْ ذَبْحُهَا عَنِ الْمَوْلُوْدِ مُسْتَحَبَّةٌ بَلْ هِيَ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، (توشيخ شرح فتح القريب حلمن: ٢٧١
Dan adapun hukum aqiqoh itu, yakni hukum menyembelih aqiqoh dari aqiqohnya anak adalah sunnah (disukai). Dan bahkan itu hukumnya sunnah muakad. (dikutip dari kitab: Kitab Tausyikh Syarah Kitab Fathul qoribul-Mujib halaman: 271).
Dalil Hadits Aqiqoh
Mengenai aqiqoh diterangkan dalam salah satu hadits sebagai berikut:
عَنْ سَلْمَانَ بْنِ عَامِرٍ الضَّبِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ : مَعَ الْغُلَامِ عَقِيْقَةٌ فَأَهْرِقُوْا عَنْهُ، دَمًاوَأَمِيْطُوْا عَنْهُ الْأَذَى، رواه الجماعة الا مسلما : ٢٧٥٦
Dari Salman bin ‘Amir ad-Dhobiy ia berkata, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, bersabda: “Pada setiap anak yang dilahirkan itu ada aqiqohnya, maka tumpahkanlah darah untuknya dan buanglah sesuatu yang mengganggu (rambutnya). (HR. Al-Jama’ah kecuali Muslim).
Hari Afdholnya Aqiqoh
Sebaik-baik waktu untuk mengaqiqohi anak adalah pada hari ketujuh dari hari anak dilahirkan, baik mengaqiqohi, mencukur rambut termasuk juga peresmian pemberian namanya. Aqiqoh adalah tebusan untuk anak, sebab pada dasarnya setiap anak yang terlahir itu tergadai sehingga ia diaqiqohi, seperti halnya diterangkan dalam salah satu hadits:
وَعَنْ سَمُرَةَ رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ: ( كُلُّ غُلَامٍ مُرْتَهَنٌ بِعَقِيقَتِهِ, تُذْبَحُ عَنْهُ يَوْمَ سَابِعِهِ, وَيُحْلَقُ, وَيُسَمَّى ) رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ, وَصَحَّحَهُ اَلتِّرْمِذِيّ
Dari Samuroh Rodliyalloohu ‘anhu bahwa Rosululloh Shollalloohu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqohnya; ia disembelih hari ketujuh (dari kelahirannya), dicukur, dan diberi nama.” (Riwayat Ahmad dan Imam Empat. Hadits shohih menurut Tirmidzi). (kutipan dari Nailul-Author)
Perintah Aqiqoh Anak Lelaki dan Perempuan
Sebaiknya setiap anak yang terlahir itu mestinya diaqiqohi baik itu anak laki-laki maupun anak perempuan, hanya saja untuk hewan aqiqoh anak laki-laki itu dua ekor kambing, sedangkan untuk aqiqoh anak perempuan itu cukup satu ekor kambing saja, sebagaimana dalam sebuah hadits dikatakan:
وَعَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اَللَّهُ عَنْهَا ( أَنَّ رَسُولَ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم أَمْرَهُمْ أَنْ يُعَقَّ عَنْ اَلْغُلَامِ شَاتَانِ مُكَافِئَتَانِ, وَعَنْ اَلْجَارِيَةِ شَاةٌ ) رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهُ
Dari ‘Aisyah Rodliyallohu ‘anha bahwa Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa Sallam memerintahkan mereka agar beraqiqoh dua ekor kambing yang sepadan (umur dan besarnya) untuk bayi laki-laki dan seekor kambing untuk bayi perempuan. (Hadits shohih riwayat Tirmidzi).
Aqiqoh Boleh Setelah Melewati dari Tujuh Hari
Menurut yang kami baca dalam Tausyikh, Apabila pada hari ke tujuh dari hari kelahiran anak belum terlaksana penyembelihan aqiqoh maka boleh dilaksanakan setelah hari ke tujuh dan bahkan hukumnya itu masih tetap sunnah.
Lalu pada hari ke berapakah jika pada hari ke tujuh belum sempat diaqiqohi?
Jika pada hari ke tujuh belum sempat diaqiqohi, maka sebaiknya diaqiqohi pada hari kelipatan tujuh yaitu: hari ke 14, ke 21, ke 28 dan seterusnya selama anak tersebut belum baligh maka masih sunah diaqiqohi kapan saja sempat dan bisanya, sebagaimana dinuqil dari kitab “Tausyikh”:
وَفَسَرَ الْمُصَنِّفُ الْعَقِيْقَةَ شَرْعًا بِقَوْلِهِ وَهِيَ الذَّبِيْحَةُ عَنِ الْمَوْلُوْدِ وَالْأَفْضَلُ اَنْ تُذْبَحَ عِنْدَ حَلْقِ شَعْرِ رَأْسِهِ يَوْمَ سَابِعِهِ اَيْ يَوْمَ سَابِعِ وِلَادَتِهِ فَاِنْ لَمْ يَتَهَيَّأْ فَتُذْبَحُ يَوْمَ الرَابِعَ عَشَرَ فَيَوْمَ الْحَادِى وَالْعِشْرِيْنَ
Mushanif menerangkan: Aqiqoh menurut syara' dengan perkataannya: Aqiqoh itu adalah hewan sembelihan dari anak yang dilahirkan. Dan yang paling utama aqiqoh itu disembelih ketika mencukur rambut kepala bayi pada hari ke tujuh. Jika pada hari ke tujuh belum tersedia, maka diaqiqohi pada hari ke empat belas, kemudian pada hari ke dua puluh satu. (Dikutip dari Kitab Tausyikh halaman: 272)
Mengaqiqohi Anak yang Sudah Meninggal
Barangkali ada sebagian ulama yang berpendapat, bahwa apabila anak sudah meninggal dan belum diaqiqohi maka hukumnya “Tidak Boleh Diaqiqohi” dengan alasan masing-masing mereka punya argumen.
Dalam Artikel ini kami tidak membahasnya. Intinya kami mempersilahkan kepada masing-masing pendapatnya dan itu hak masing-masing mau diaqiqohi atau tidak. Dan menurut pendapat kami, yang namanya anak, sekali anak tetapa anak. Apalagi anak belum baligh sudah meninggal dan belum teraqiqohi. Maka kami berpendapat:
Anak yang sudah meninggal keadaan sebelum baligh dan belum diaqiqohi maka masih sunah diaqiqohi.
Sebagaimana kami nuqil dari Risalah Majmu' Masail Karya Asmawi jilid 2, Masalah Mengaqiqohi anak yang sudah meninggal dan sebagaimana juga dinukil dari Kitab Tausyih Syarah Fathul qorib halaman 63 Fasal Aqiqoh:
وَلَوْ مَاتَ الْمَوْلُوْدُ قَبْل السَّابِعِ وَلَا تَفُوْتُ بِالتَّأخِيْرِ بَعْدَهُ، فَإِنْ أَخَّرَتْ لِلْبُلُوْغِ سَقَطَ حُكْمُهَا فِيْ حَقِ الْعَاقِ عَنِ الْمَوْلُوْدِ أَمَّا هُوَ فَمُخَيِّرٌ فِيْ الْعَقِّ عَنْ نَفْسِهِ وَالتَّرْكِ
Andaipun anak tersebut meninggal sebelum tujuh hari, dan tidak ada kata terlambat dengan menunda aqiqoh setelah meninggalanya anak tersebut, maka apabila aqiqoh tersebut tertunda sampai dengan usia baligh (dewasa) maka hukum mengaqiqohi telah gugur kesunahannya pada haknya orang tua dari anaknya. Adapun anak tersebut yang sudah dewasa dan belum diaqiqohi maka dia boleh memilih: “Mengaqiqohi diri sendiri atau meninggalkannya”.
Wallohu A'lam.