{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Bacaan Sujud Sahwi Lengkap Arab Latin dan Artinya serta Tatacara Melakukannya

Lafadz Sujud Sahwi dan Tata Cara Melakukannya | 5 Kondisi Dianjurkan Sujud Sahwi | Doa Sujud Sahwi | Pengertian Sujud Sahwi | Hukum Sujud Sahwi
Bacaan Doa Sujud Sahwi Lengkap
Bacaan Doa Sujud Sahwi Lengkap

Islam dalam melaksanakan suatu ibadah memberikan kemudahan bagi umatnya. Termasuk dalam melaksanakan ibadah sehari-hari. Islam juga memiliki jalan keluar dalam konteks beribadah. Salah satunya adalah ketika seseorang lupa dalam rokaat sholatnya. Apabila dalam melaksanakan sholat terdapat gerakan yang tertinggal, maka kita bisa melakukan sujud sahwi.

Lalu bagaimana cara melakukan sujud sahwi dalam sholat? Berikut penjelasan lebih lanjut mengenai sholat wajib, sholat sunnah dan sujud sahwi.

Daftar Isi Artikel:

Pengertian Sujud Sahwi

Sujud sahwi merupakan ibadah yang juga ada dalam Islam. Sujud sahwi dilakukan karena ada yang lupa dalam gerakan sholat. Sujud sahwi yang dilakukan gunanya sebagai pengganti gerakan sholat yang terlupakan. Kata sahwi merupakan kata serapan dari bahasa Arab yang memiliki arti lupa atau lalai. Menurut ahli fiqih, sujud sahwi merupakan sujud yang dilakukan di akhir sholat atau setelahnya karena ada kekurangan, baik dengan meninggalkan apa yang diperintahkan atau mengerjakan apa yang dilarang tanpa sengaja.

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadits dan dikisahkan oleh Abu Sa’id Al khudri, Rosululloh SAW bersabda:

“Apabila salah seorang dari kalian ragu dalam sholatnya dan tidak tahu apakah sudah sholat 3 atau 4 rokaat, maka tinggalkan keraguan tersebut dan ambillah yang diyakini. Kemudian, lakukanlah 2 sujud sebelum salam. Jika ternyata dia sholat 5 rokaat, maka sujud sahwi tersebut telah melengkapi sholatnya. Namun jika sholatnya memang 4 rokaat, maka sujud sahwi tersebut merupakan penghinaan bagi setan.” (HR Muslim).

Bacaan Sujud Sahwi

Berikut ini ada 3 jenis bacaan tasbih atau doa sujud sahwi lengkap arab latin dan artinya, kalian bisa hafalkan salah satunya:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَنَامُ وَلَا يَسْهُوْ

Subhana mal laa yanaamu walaa yashu.

“Maha Suci Dzat (Alloh) yang tidak tidur dan tidak lupa.”

Adapun berikut ini bacaan sujud sahwi yang disebutkan Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam Kitab Fathul Mu’in:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَسْهُو وَلَا يَنَامُ

Subhaana mal laa yashuu wa laa yanaamu

“Mahasuci Dzat yang tidak lupa dan tidak tidur,”

Sumber : Syekh Zainuddin Al-Malibari, Fathul Mu’in, [Bandung, Syirkatul Ma’arif: tanpa tahun], halaman 25.

Adapun berikut ini adalah lafal alternatif sujud sahwi yang disebutkan Syekh M. Nawawi Al-Bantani dalam Kitab Nihayatuz Zain:

سُبْحَانَ مَنْ لَا يَسْهُو وَلَا يَغْفُلُ

Subhaana mal laa yashuu wa laa yaghfulu

“Mahasuci Zat yang tidak lupa dan tidak lalai.”

Sumber : Syekh M. Nawawi Banten, Nihayatuz Zain, [Bandung, Syirkatul Ma’arif: tanpa tahun], halaman 81.

Sebab Sujud Sahwi

Sujud sahwi sunnah dilakukan ketika seseorang dalam sholatnya melakukan salah satu dari lima hal berikut ini:

  1. Meninggalkan Sunnah Ab'ad

    Ketika meninggalkan sunnah ab’ad. Mazhab Syafi’i menyebutkan delapan sunnah ab‘adh.

    Berikut ini adalah delapan sunnah ab‘adh dalam sholat yang meliputi:

    1. Lafal tasyahhud awal;
    2. Duduk Iftirosy pada tasyahud awal;
    3. Qunut subuh dan qunut witir pada separuh kedua Romadhon (tidak termasuk qunut nazilah);
    4. Posisi berdiri pada qunut;
    5. Sholawat nabi setelah tasyahud awal; dan
    6. Sholawat nabi setelah qunut;
    7. Sholawat untuk keluarga nabi setelah tasyahud akhir; dan
    8. Sholawat untuk keluarga nabi setelah qunut.

    Sumber : Zainuddin Al-Malibari, Qurrotul Ain bi Muhimmatid Din.

    Ketika seseorang meninggalkan salah satu dari berbagai macam sunnah ab’ad tersebut maka ia disunnahkan melaksanakan sujud sahwi.

  2. Lupa Melakukan yang Membatalkan Sholat

    Lupa melakukan sesuatu yang membatalkan sholat bila dilakukan dengan sengaja, seperti seseorang lupa memperpanjang bacaan dalam i’tidal dan duduk di antara dua sujud. Sebab dua rukun ini tergolong rukun qoshir yang tidak boleh dipanjangkan.

  3. Memindah Rukun Qouli

    Memindah rukun qouli (ucapan) bukan pada tempatnya, sekiranya memindah rukun qouli ini bukan termasuk yang membatalkan sholat. Seperti membaca Al-Fatihah pada saat duduk di antara dua sujud dan contoh-contoh yang sama.

  4. Ragu Meninggalkan Sunnah Ab'ad

    Ragu dalam hal meninggalkan sunnah ab’ad. Seperti seseorang ragu apakah telah melaksanakan qunut atau belum, maka dalam hal ini ia disunnahkan sujud sahwi, sebab pada hakikatnya (hukum asal) ia dianggap tidak melaksanakan qunut tersebut.

  5. Ragu Hitungan Rokaat

    Melakukan perbuatan yang berkemungkinan tergolong sebagai tambahan. Seperti seseorang pada saat melaksanakan sholat isya’ ragu apakah telah sampai rokaat ketiga atau sudah keempat. Maka dalam keadaan tersebut hitungannya harus berpijak pada rokaat ketiga, sehingga ia wajib untuk menambahkan satu rokaat lagi dan sebelum salam ia disunnahkan melaksanakan sujud sahwi, sebab sholatnya berkemungkinan terdapat tambahan satu rokaat.

Kelima sebab di atas secara lugas dijelaskan dalam kitab Hasyiyah al-Bujairomi:

وأسبابه خمسة ، أحدها ترك بعض .ثانيها : سهو ما يبطل عمده فقط . ثالثها : نقل قولي غير مبطل . رابعها : الشك في ترك بعض معين هل فعله أم لا ؟ خامسها : إيقاع الفعل مع التردد في زيادته

“Sebab kesunnahan melakukan sujud sahwi ada lima. Yaitu meninggalkan sunnah ab’ad, lupa melakukan sesuatu yang akan batal jika dilakukan dengan sengaja, memindah rukun qouli (ucapan) yang tidak sampai membatalkan, ragu dalam meninggalkan sunnah ab’ad, apakah telah melakukan atau belum dan yang terakhir melakukan suatu perbuatan dengan adanya kemungkinan hal tersebut tergolong tambahan” (Syekh Sulaiman al-Bujairomi, Hasyiyah al-Bujairomi, juz 4, hal. 495)

Khusus sebab disunnahkannya sujud sahwi yang terakhir, Rosululloh menjelaskan hikmah dari pelaksanaan sujud sahwi dan penambahan rokaat pada permasalahan tersebut:

إذا شك أحدكم فلم يدر أصلى ثلاثا أم أربعا فليلق الشك وليبن على اليقين وليسجد سجدتين قبل السلام ، فإن كانت صلاته تامة كانت الركعة ، والسجدتان نافلة له ، وإن كانت ناقصة كانت الركعة تماما للصلاة ، والسجدتان يرغمان أنف الشيطان

“Ketika kalian ragu, tidak ingat apakah telah melakukan sholat tiga rokaat atau empat rokaat maka buanglah rasa ragu itu dan lanjutkanlah pada hal yang diyakini (hitungan tiga rokaat) dan hendaklah melakukan sujud dua kali sebelum salam. Jika sholat tersebut sempurna maka tambahan satu rokaat dihitung (pahala) baginya dan dua sujud merupakan kesunnahan baginya, jika ternyata sholatnya memang kurang satu, maka tambahan satu rokaat menyempurnakan sholatnya dan dua sujud itu untuk melawan kehendak syaitan.” (HR. Abu Daud)

Tata Cara Sujud Sahwi

Sejumlah hadits dan para ulama bersepakat, bahwa sujud sahwi dilakukan sebanyak dua kali sebelum salam seberapapun kesalahan dalam sholatnya. Sujud sahwi menurut Sunnah dilakukan di dalam salam.

Berikut tata cara melakukan sujud sahwi, adalah:

  1. Sujud sahwi dilakukan sebanyak dua kali, dengan dipisahkan oleh duduk sejenak.
  2. Sebelum melakukan sujud sahwi, ucapkan takbir (“Allohu akbar”). Takbir ini bukan takbirotul ihrom yang harus disertai dengan mengangkat kedua tangan.
  3. Sujud sahwi dilakukan sebelum salam jika penyebabnya diketahui sebelum salam.
  4. Sujud sahwi dilakukan setelah salam jika penyebabnya diketahui setelah salam.
  5. Setelah melakukan sujud sahwi, dilanjutkan dengan salam untuk mengakhiri sholat.

Jika ragu-ragu mengenai jumlah rokaat atau sujud, maka ambilah bilangan yang kecil, karena ini yang lebih menyakinkan.

Dalam mazhab Syafi'i, niat sujud sahwi cukup dibaca dalam hati saja dan tidak boleh dilafalkan.

Hukum Sujud Sahwi

Jika menelisik berbagai sebab-sebab dianjurkannya melaksanakannya sujud sahwi, lantas apakah sholat yang dilakukan seseorang ketika melakukan salah satu dari lima sebab di atas namun ia tidak melaksanakan sujud sahwi dalam sholatnya, apakah kemudian hal tersebut berpengaruh dalam keabsahan sholatnya, dalam arti sholatnya menjadi batal?

Dalam referensi kitab-kitab Syafi’iyah banyak sekali yang menjelaskan bahwa sujud sahwi hanya sebatas kesunnahan, misalnya seperti yang terdapat dalam kitab Dalil al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj:

(سجود السهو سنة) مؤكدة ولو في نافلة ما عدا صلاة الجنازة وهو دافع لنقص الصلاة

“Sujud Sahwi tergolong sunnah muakkad, meskipun pada sholat sunnah, selain pada sholat jenazah. Sujud sahwi ini berfungsi mencegah kekurangan dalam sholat.”

Sumber : Syekh Abu Abdurrohman Rojab Nuri, Dalil al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj, juz 1, hal. 129

Bahkan Imam Asy-Syafi’i dalam qoul qodim yang tercantum dalam karya monumentalnya, al-Um, menjelaskan bahwa orang yang meninggalkan sujud sahwi dalam sholat maka tidak wajib mengulang kembali sholatnya, sehingga sholat yang ia lakukan tetap dihukumi sah dan menggugurkan kewajibannya.

Sebagaimana beliau jelaskan dalam referensi berikut:

ولا أرى بينا أن واجبا على أحد ترك سجود السهو أن يعود للصلاة

“Aku tidak berpandangan bahwa wajib bagi orang yang meninggalkan sujud sahwi untuk mengulangi sholatnya”.

Sumber : Muhammad bin Idris asy-Syafi’i, al-Um, juz 1, hal. 214

Jadi, status sujud sahwi sebagai sunnah muakkad (kesunnahan yang sangat dianjurkan) tidak sampai menyebabkan sholat seseorang menjadi batal ketika tidak dilaksanakan. Sebab termasuk kesunnahan hanya berarti anjuran, bukan suatu kewajiban, sehingga bukan merupakan hal yang harus dilakukan dan akan membatalkan sholat ketika tidak melaksanakannya.

Berbeda halnya ketika seseorang tidak melaksanakan kewajiban sholat dengan sengaja atau melakukan hal-hal yang dilarang dalam sholat (mubthilat as-sholat) dengan sengaja, maka dua hal ini secara umum dapat berpengaruh dalam keabsahan sholat yang dilakukannya.

Jika Makmum tidak Ikut Sujud Sahwinya Imam

Berbeda halnya ketika meninggalkan sujud sahwi diarahkan pada konteks sholat jamaah. Misalnya seperti ketika imam melaksanakan sujud sahwi, namun makmum tidak mengikuti imam dengan tidak melaksanakan sujud sahwi bersamaan dengan imamnya, maka dalam keadaan demikian sholatnya menjadi batal ketika hal tersebut dilakukan dengan sengaja.

Sebab dalam permasalahan ini, batal sholatnya makmum bukan hanya karena ia tidak melakukan sujud sahwi, tapi lebih karena faktor ia tidak mengikuti (mutaba’ah) imam yang merupakan salah satu kewajiban dalam sholat jama’ah.

Ketentuan ini seperti yang dijelaskan dalam kitab Kasyifatus Saja:

فإن سجد إمامه تابعه وجوباً وإن لم يعرف أنه سها حتى لو اقتصر على سجدة واحدة سجد المأموم أخرى، فإن ترك متابعته عمداً بطلت صلاته ثم يعيد السجود مسبوق آخر صلاته لأنه محل سجود السهو، وإن لم يسجد الإمام وسلم المأموم آخر صلاته جبراً لخلل صلاته بسهو إمامه

Sumber : Syekh Muhammad an-Nawawi al-Bantani, Kasyifah as-Saja fi Syarh as-Safinah an-Naja, juz 1, hal. 83

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak melaksanakan sujud sahwi bukan merupakan hal yang berpengaruh dalam keabsahan sholat, kecuali ketika hal tersebut terjadi pada sholat jamaah, saat imam melaksanakan sujud sahwi, namun orang yang menjadi makmum tidak mengikutinya. Maka dalam keadaan tersebut sholatnya seorang makmum menjadi batal. Wallohu a’lam.

Info! Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Bacaan Sujud Sahwi Lengkap Arab Latin dan Artinya serta Tatacara Melakukannya, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait

Tentang penulis

elzeno.id
Pengalaman Adalah Guru Terbaik. Maka, Kita Pasti Bisa Kalau Kita Terbiasa. Bukan Karena Kita Luar Biasa. Setinggi Apa Belajar Kita, Tidahlah Menjadi Jaminan Kepuasan Jiwa, Akan Tetapi Yang Paling Utama Adalah Seberapa Besar Kita Bermanfaat Untuk Ses…

Posting Komentar

Tinggalkan komentar sesuai topik artikel, Ceklist Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi via email ketika komentar kalian di balas.