{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Sholat Tarowih Lengkap Sejarah Jumlah Rokaat dan Panduan Sholat Cepat serta Bacaan Niat Arab Latin dan Artinya

Panduan Sholat Tarowih Lengkap Sejarah, Hukum, Tatacara, Keutamaan, Bacaan Niat dan Doanya Lengkap Arab Latin dan Artinya
Panduan Sholat Tarowih Lengkap Sejarah, Hukum, Tatacara, Keutamaan, Bacaan Niat dan Doanya Lengkap Arab Latin dan Artinya
Panduan Sholat Tarowih Cepat sesuai Sunnah

Bulan Romadhon menjadi bulan penuh berkah bagi umat Islam. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak ibadah kepada Alloh SWT. Terutama sholat tarowih. Sholat ini merupakan salah satu ibadah untuk menghidupkan bulan Romadhon pada malam hari.

Daftar Isi Artikel:

Sholat tarowih memiliki keutamaan yang memang ditemukan landasannya dari sabda Nabi Muhammad Saw:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهٗ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهٖ.

“Barangsiapa ibadah (tarowih) di bulan Romadhon seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau” (HR. al-Bukhori, Muslim, dan lainnya).

Sholat tarowih merupakan sholat khusus pada malam hari di bulan Romadhon. Waktu pelaksanaan sholat tarowih yaitu setelah sholat Isya’ dan sebelum sholat witir. Hukum melaksanakan sholat tarowih adalah sunnah bagi kaum laki-laki dan perempuan, diantaranya berdasarkan hadits yang disebutkan di atas.

Anjuran sholat tarowih juga tertuang dalam hadits lain dengan redaksi yang berbeda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلّٰى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُرَغِّبُ فِى قِيَامِ رَمَضَانَ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَأْمُرَهُمْ فِيْهِ بِعَزِيْمَةٍ فَيَقُوْلُ مَنْ قَامَ رَمَضَانَ اِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهٗ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهٖ.

“Dari Abi Huroiroh rodliyallohu 'anhu Rosululloh gemar menghidupkan bulan Romadhon dengan anjuran yang tidak keras. Beliau berkata: ‘Barangsiapa yang melakukan ibadah (sholat tarowih) di bulan Romadhon hanya karena iman dan mengharapkan ridho dari Alloh, maka baginya diampuni dosa-dosanya yang telah lewat” (HR Muslim).

Para ulama sepakat, bahwa redaksi “qooma romadloona” di dalam hadits tersebut mengacu pada makna sholat tarowih. Meskipun, terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai jenis dosa yang diampuni Alloh SWT.

Ikhtilaf diantara mereka juga terjadi dalam hadits-hadits serupa. Namun, menurut al-Imam al-Haromain, dosa yang diampuni hanya dosa-dosa kecil, sedangkan dosa besar hanya bisa diampuni dengan cara bertobat.

Sementara, menurut Imam Ibnu al-Mundzir, redaksi “maa” (dosa) dalam hadits tersebut termasuk kategori lafadz "‘aam" (kata umum) yang berarti mencakup segala dosa, baik kecil atau besar.

Sejarah Sholat Tarowih

Sholat tarowih menjadi sholat yang dilakukan hanya pada bulan Romadhon. Dan sholat tarowih ini dikerjakan oleh Nabi Muhammad SAW pada tanggal 23 Romadhon tahun kedua hijriyah. Pada masa itu, Rosululloh SAW mengerjakan sholat tarowih tidak selalu di masjid, terkadang juga dilakukan di rumah. Sebagaimana dijelaskan dalam hadist:

عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِيْنَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا: أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ صَلّٰى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلّٰى ذَاتَ لَيْلَةٍ فِي الْمَسْجِدِ فَصَلّٰى بِصَلَاتِهٖ نَاسٌ ثُمَّ صَلّٰى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوْا مِنَ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوِ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلّٰى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِيْ صَنَعْتُمْ وَلَمْ يَمْنَعْنِى مِنْ الْخُرُوْجِ اِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّى خَشِيْتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (رواه البخاري ومسلم)

“Dari ‘Aisyah Ummil Mu’minin rodliyallohu ‘anha, sesungguhnya Rosululloh pada suatu malam sholat di masjid, lalu banyak orang sholat mengikuti beliau. Pada hari ketiga atau keempat, jamaah sudah berkumpul (menunggu Nabi) tapi Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam justru tidak keluar menemui mereka. Pagi harinya beliau bersabda, 'Sunguh aku lihat apa yang kalian perbuat tadi malam. Tapi aku tidak datang ke masjid karena aku takut sekali bila sholat ini diwajibkan pada kalian.” Sayyidah ‘Aisyah berkata, 'Hal itu terjadi pada bulan Romadhon’.” (HR Bukhori dan Muslim).

Hadist ini menerangkan, bahwa Nabi Muhammad SAW memang pernah melaksanakan sholat tarowih pada malam awal-awal bulan Romadhon. Hingga akhirnya, saat melihat antusiasme yang begitu tinggi dari para sahabat-sahabat. Nabi justru mengurungkan niatnya datang ke masjid pada hari ketiga atau keempat.

Ada dua sebab mengapa Rosululloh tidak selalu melaksanakan sholat tarowih di masjid:

  1. Bisa jadi karena Rosululloh khawatir, karena sewaktu-waktu Alloh menurunkan wahyu yang mewajibkan sholat tarowih kepada umatnya. Tentu hal tersebut akan memberatkan umat generasi berikutnya yang belum tentu memiliki semangat yang sama dengan para sahabat Nabi itu.
  2. Rosululloh takut timbulnya salah persepsi dikalangan umat, bahwa sholat tarowih wajib karena merupakan perbuatan baik yang tak pernah ditinggalkan Rosululloh SAW.

Dua sebab itu dijelaskan sebagaimana keterangan dalam kitab Fathul Bari Syarh Shohih Bukhori:

اَنَّهٗ إِذَا وَاظَبَ عَلٰى شَيْءٍ مِنْ أَعْمَالِ الْبِرِّ وَاقْتَدٰى النَّاسُ بِهٖ فِيْهِ اَنَّهٗ يُفْرَضُ عَلَيْهِمْ.

“Sesungguhnya Nabi ketika menekuni suatu amal kebaikan dan diikuti umatnya, maka perkara tersebut telah diwajibkan atas umatnya.”

Langkah tersebut menunjukkan betapa bijaksana dan sangat sayangnya Nabi kepada umatnya. Pada hadist di atas dapat ditarik tiga kesimpulan.

  1. Nabi melaksanakan sholat tarowih berjamaah di masjid hanya dua malam. Dan beliau tidak hadir melaksanakan sholat tarowih bersama-sama di masjid. Karena takut atau khawatir sholat tarowih akan diwajibkan kepada umatnya.
  2. Sholat tarowih hukumnya adalah sunnah, karena sangat digemari oleh Rosululloh dan beliau mengajak orang-orang untuk mengerjakannya.
  3. Dalam hadist di atas tidak ada penyebutan bilangan rokaat dan ketentuan rokaat sholat tarowih secara rinci.

Sholat Tarowih pada Masa Abu Bakar dan Umar

Manakah yang benar? Jumlah Rokaat Sholat Tarowih 8 atau 20 Rokaat?

Sholat tarowih adalah bagian dari sholat sunnah mu-akkadadah (sholat sunnah yang sangat dianjurkan). Jumlah rokaat sholat tarowih adalah 20 rokaat tanpa witir, sebagaimana yang telah dikerjakan Sayyidina Umar bin Khottob dan mayoritas sahabat lainnya yang sudah disepakati oleh umatnya.

Kesepakatan itu datang dari mayoritas ulama salaf dan kholaf, mulai masa sahabat Umar sampai sekarang ini, bahkan ini sudah menjadi ijma’ sahabat dan semua ulama mazhab: Syafi’i, Hanafi, Hanbali, dan mayoritas mazhab Maliki.

Di kalangan mazhab Maliki masih ada ikhtilaf (perbedaan pendapat), antara 20 rokaat dan 36 rokaat, berdasar hadist riwayat Imam Malik bin Anas rodliyallohu ‘anhu bahwa Imam Darul Hijroh Madinah berpendapat sholat tarowih itu lebih dari 20 rokaat sampai 36 rokaat: “Saya dapati orang-orang melakukan ibadah malam di bulan Romadhon, yakni sholat tarowih, dengan 39 rokaat, yang tiga adalah sholat witir.”

Imam Malik sendiri memilih 8 rokaat tapi mayorits Malikiyah sesuai dengan pendapat mayoritas Syafi’iyyah, Hanabilah, dan Hanafiyyah yang sepakat bahwa sholat tarowih adalah 20 rokaat, hal ini merupakan pendapat yang lebih kuat dan sempurna ijma’-nya.

Pada masa Kholifah Abu Bakar rodliyallohu ‘anhu, umat Islam melaksanakan sholat tarowih secara sendiri-sendiri (munfarid) atau berkelompok tiga, empat, atau enam orang. Saat itu belum ada sholat tarowih berjamaah dengan satu imam di masjid. Ketetapan tentang jumlah rokaat sholat tarowih pun belum tertuang secara jelas. Para shohabat ada yang melaksanakan sholat 8 rokaat kemudian menyempurnakan di rumahnya seperti pada keterangan di awal.

Sholat tarowih berubah keadaannya ketika Umar bin Khottab berinisatif untuk menggelarnya secara berjamaah, setelah menyaksikan umat Islam sholat tarowih yang tampak tidak kompak, sebagian sholat secara sendiri-sendiri, sebagian lain berjamaah. Sebuah hadits shohih memaparkan:

عَنْ عَبْدِ الرَّحْمٰنِ بْنِ عَبْدِ الْقَارِيِّ أَنَّهٗ قَالَ: خَرَجْتُ مَعَ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ لَيْلَةً فِى رَمَضَانَ إِلٰى الْمَسْجِدِ فَإِذَا النَّاسُ أَوْزَاعٌ مُتَفَرِّقُوْنَ يُصَلِّى الرَّجُلُ لِنَفْسِهٖ وَيُصَلِّى الرَّجُلُ فَيُصَلِّى بِصَلَاتِهٖ الرَّهْطُ فَقَالَ عُمَرُ إِنِّيْ أَرٰى لَوْ جَمَعْتُ هَؤُلَاءِ عَلٰى قَارِئٍ وَاحِدٍ لَكَانَ أَمْثَلَ ثُمَّ عَزَمَ فَجَمَعَهُمْ عَلٰى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ ثُمَّ خَرَجْتُ مَعَهٗ لَيْلَةً اُخْرٰى وَالنَّاسُ يُصَلُّوْنَ بِصَلاَةِ قَارِئِهِمْ قَالَ عُمَرُ نِعْمَ الْبِدْعَةُ هَذِهٖ.

“Dari ‘Abdirrohman bin ‘Abdil Qori’, beliau berkata: ‘Saya keluar bersama Sayyidina Umar bin Khottob rodliyallohu ‘anhu ke masjid pada bulan Romadhon. (Didapati dalam masjid tersebut) orang yang sholat tarowih berbeda-beda. Ada yang sholat sendiri-sendiri dan ada juga yang sholat berjamaah. Lalu Sayyidina Umar berkata: ‘Saya punya pendapat andai mereka aku kumpulkan dalam jamaah satu imam, niscaya itu lebih bagus.” Lalu beliau mengumpulkan kepada mereka dengan seorang imam, yakni sahabat Ubay bin Ka’ab. Kemudian satu malam berikutnya, kami datang lagi ke masjid. Orang-orang sudah melaksanakan sholat tarowih dengan berjamaah di belakang satu imam. Umar berkata, ‘Sebaik-baiknya bid’ah adalah ini (sholat tarowih dengan berjamaah),” (HR. Bukhori)

Hal ini juga ditopang oleh hadits lainnya:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ: خَرَجَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلّٰى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَإِذَا النَّاسُ فِى رَمَضَانَ يُصَلُّوْنَ فِى نَاحِيَةِ الْمَسْجِدِ فَقَالَ مَا هَؤُلَاءِ ؟ فَقِيْلَ: هَؤُلَاءِ نَاسٌ لَيْسَ مَعَهُمْ قُرْآنٌ وَأُبَيُّ بْنُ كَعْبٍ يُصَلِّى وَهُمْ يُصَلُّونَ بِصَلَاتِهٖ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلّٰى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَصَابُوْا وَنِعْمَ مَا صَنَعُوْا.

“Dari Abi Huroiroh rodliyallohu ‘anhu, beliau berkata: ‘Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam keluar dan melihat banyak orang yang melakukan sholat di bulan Romadhon (tarowih) di sudut masjid. Beliau bertanya, ‘Siapa mereka?’ Kemudian dijawab, ‘Mereka adalah orang-orang yang tidak mempunyai Al-Qur’an (tidak bisa menghafal atau tidak hafal Al-Qur’an). Dan sahabat Ubay bin Ka’ab pun sholat mengimami mereka, lalu Nabi berkata, ‘Mereka itu benar, dan sebaik-baik perbuatan adalah yang mereka lakukan,” (HR. Abu Dawud).

Dari sini sudah sangat jelas bahwa pertama kali orang yang mengumpulkan para sahabat untuk melaksanakan sholat tarowih secara berjamaah adalah Sayyidina Umar bin Khottob, salah satu sahabat terdekat Nabi. Jamaah sholat tarowih pada waktu itu dilakukan dengan jumlah 20 rokaat. Sebagaimana keterangan:

عَنْ يَزِيْدَ بْنِ رُوْمَانَ قَالَ: كَانَ النَّاسُ يَقُوْمُوْنَ فِي زَمَنِ عُمَرَ رضي الله عنه فِي رَمَضَانَ بِثَلاَثٍ وَعِشْرِيْنَ رَكْعَةً.

“Dari Yazid bin Ruman telah berkata, ‘Manusia senantiasa melaksanakan sholat pada masa Umar rodliyallohu ‘anhu di bulan Romadhon sebanyak 23 rokaat (20 rokaat tarowih, disambung 3 rokaat witir),” (HR. Malik).

Bukti lain dari keterangan tersebut adalah hadist yang diriwayatkan Sa’ib bin Yazid:

عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيْدَ قَالَ: كَانُوْا يَقُوْمُوْنَ عَلٰى عَهْدِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ بِعِشْرِيْنَ رَكْعَةً. (رواه البيهقي وَصَحَّحَ إِسْنَادَهٗ النَّوَوِيُّ وَغَيْرُهٗ)

“Dari Sa’ib bin Yazid, ia berkata, ‘Para sahabat melaksanakan sholat (tarowih) pada masa Umar ra di bulan Romadhon sebanyak 20 rokaat,” (HR. Al-Baihaqi, sanadnya dishohihkan oleh Imam Nawawi dan lainnya).

Dua dalil di atas cukup menjelaskan bahwa pendapat terkuat soal jumlah rokaat sholat tarowih adalah 20 rokaat. Apa yang diinisiasi Sayyidina Umar bin Khottob tak hanya disetujui tapi juga dipraktikkan para sahabat Nabi yang lain kala itu, termasuk Sayyidah Aisyah, istri Baginda Nabi.

Hal ini mempertegas ijma’ (konsensus) sahabat karena tiada satu orang pun yang mengingkari atau menentang. Tak heran, bila para ulama empat mazhab atau mazhab lainnya pun mayoritas memilih pendapat ini. Inisiatif Sayyidina Umar yang kemudian diikuti para sahabat dan ulama setelahnya adalah sangat wajar bila kita menengok sabda Nabi Muuhammad Saw:

أَنَّ رَسُوْلَ اللّٰهِ قَالَ إِنَّ اللّٰهَ جَعَلَ الْحَقَّ عَلٰى لِسَانِ عُمَرَ وَقَلْبِهٖ.

“Sesungguhnya Alloh telah menjadikan kebenaran melalui lisan dan hati umar.” (HR. Turmudzi). Hadits tersebut menunjukkan kredibilitas Sayyidina Umar yang mendapat “stempel” langsung dari Rosululloh, sehingga mustahil beliau berbuat penyimpangan, apalagi dalam hal ibadah.

Penjelasan yang lain adalah hadits berikut:

وَقَدْ قَالَ رَسُوْلُ اللّٰهِ صَلّٰى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ مِنْ بَعْدِيْ عُضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ. (أَخْرَجَهٗ أَحْمَدُ وَاَبُوْ دَاوُدَ وَابْنُ مَاجَةُ وَالتِّرْمِذِيُّ وَصَحَّحَهٗ الْحَاكِمُ وَقَالَ عَلٰى شَرْطِ الشَّيْخَيْنِ).

“Dan sesungguhnya Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Ikutilah sunnahku dan sunnah Khulafaur Rosyidin yang mendapatkan pentunjuk setelah aku meninggal, maka berpegang teguhlah padanya dengan erat.”

Hadist Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam:

عَنْ حُذَيْفَةُ هُوَ الَّذِي يَرْوِي عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِقْتَدُوا بِاَللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِي أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ (أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَنٌ)

“Dari Hudzoifah rodliyallohu ‘anhu, ia berkata, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ikutilah dua orang setelahku, yakni Abu Bakar dan Umar,” (HR. Turmudzi).

Sholat Tarowih Menurut Pandangan Ulama

فَذَهَبَ جُمْهُورُ الْفُقَهَاءِ – مِنْ الْحَنَفِيَّةِ وَالشَّافِعِيَّةِ وَالْحَنَابِلَةِ وَبَعْضِ الْمَالِكِيَّةِ إلَى أَنَّ التَّرَاوِيحَ عِشْرُونَ رَكْعَةً لِمَا رَوَاهُ مَالِكٌ عَنْ يَزِيدَ بْنِ رُومَانَ وَالْبَيْهَقِيُّ عَنْ السَّائِبِ بْنِ يَزِيدَ مِنْ قِيَامِ النَّاسِ فِي زَمَانِ عُمَرَ رضي الله تعالى عنه بِعِشْرِينَ رَكْعَةً وَجَمَعَ عُمَرُ النَّاسَ عَلَى هَذَا الْعَدَدِ مِنْ الرَّكَعَاتِ جَمْعًا مُسْتَمِرًّا قَالَ الْكَاسَانِيُّ: جَمَعَ عُمَرُ أَصْحَابَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فِي شَهْرِ رَمَضَانَ عَلَى أُبَيِّ بْنِ كَعْبٍ رضي الله تعالى عنه فَصَلَّى بِهِمْ عِشْرِينَ رَكْعَةً وَلَمْ يُنْكِرْ عَلَيْهِ أَحَدٌ فَيَكُونُ إجْمَاعًا مِنْهُمْ عَلَى ذَلِكَ. وَقَالَ الدُّسُوقِيُّ وَغَيْرُهُ: كَانَ عَلَيْهِ عَمَلُ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ. وَقَالَ ابْنُ عَابِدِينَ: عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ شَرْقًا وَغَرْبًا. وَقَالَ عَلِيٌّ السَّنْهُورِيُّ: هُوَ الَّذِي عَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ وَاسْتَمَرَّ إلَى زَمَانِنَا فِي سَائِرِ الْأَمْصَارِ وَقَالَ الْحَنَابِلَةُ: وَهَذَا فِي مَظِنَّةِ الشُّهْرَةِ بِحَضْرَةِ الصَّحَابَةِ فَكَانَ إجْمَاعًا وَالنُّصُوصُ فِي ذَلِكَ كَثِيرَةٌ. (الموسوعة الفقهية. ج ٢٧ ص ١٤٢)

“Menurut pendapat jumhur (mayoritas ulama Hanafiyah, Syafi’iyah, Hanabilah, dan sebagian Malikiyah), sholat tarowih adalah 20 rokaat berdasar hadist yang telah diriwayatkan Malik bin Yazid bin Ruman dan Imam al-Baihaqi dari Sa’ib bin Yazid tentang sholatnya umat Islam di masa Sayyidina Umar bin Khottob rodliyallohu ‘anhu, yakni 20 rokaat. Umar mengumpulkan orang-orang untuk melakukan tarowih 20 rokaat secara berjamaah dan masih berlangsung hingga sekarang. Imam al-Kasani berkata, ‘Umar telah mengumpulkan para sahabat Rosululloh, lantas Ubay bin Ka’ab mengimami mereka sholat 20 rokaat, dan tidak ada satu orang pun yang mengingkarinya, maka hal itu sudah menjadi ijma’ (kesepakatan) mereka.’ Imam Ad-Dasukyi dan lainnya berkata, ‘Itulah yang dilakukan para sahabat dan tabi’in.’ Imam Ibnu ‘Abidin berkata, ‘Itulah yang dilakukan orang-orang mulai dari bumi timur sampai bumi barat.’ ‘Ali As-Sanhuri berkata, ‘Itulah yang dilakukan orang-orang sejak dulu sampai masaku dan masa yang akan datang selamanya.’ Para ulama mazhab Hanbali mengatakan, ‘Hal sudah menjadi keyakinan yang masyhur di masa para sahabat, maka ini merupakan ijma’ dan banyak dalil-dalil nash yang menjelaskannya.” (Mausuu’ah Fiqhiyyah, juz 27, h. 142).

Dari keterangan yang terdapat dalam kitab Tashhih Hadits Sholah at-Tarowih Isyrina Rok‘atan, Imam Ibnu Taimiyyah juga sepakat dan berpendapat bahwa rokaat sholat tarowih 20 rokaat, dan beliau menfatwakan sebagaimana berikut, “Telah terbukti bahwa sahabat Ubay bin Ka’ab mengerjakan sholat Romadhon bersama-sama orang lainnya pada waktu itu sebanyak 20 rokaat, lalu mengerjakan witir 3 rokaat, kemudian mayoritas ulama mengatakan bahwa itu adalah sunnah. Karena pekerjaan itu dilaksanakan di tengah-tengah kaum Muhajiriin dan Anshor, dan tidak ada satu pun diantara mereka yang menentang atau melanggar perbuatan itu”.

Dalam kitab Majmu’ Fatawyi Al-Najdiyyah diterangakan tentang jawaban Syekh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdil Wahab tentang bilangan rokaat sholat tarowih. Ia mengatakan bahwa setelah sahabat Umar mengumpulkan manusia untuk melaksanakan sholat berjamaah kepada sahabat Ubay bin Ka’ab, maka sholat yang mereka lakukan adalah 20 rokaat”.

Praktik Sholat Tarowih dan Witir

Secara umum tak ada perbedaan antara sholat tarowih dan sholat sunnah lainnya, kecuali ia harus dilakukan setelah sholat Isya’ dan pada bulan Romadhon. Sholat tarowih dianjurkan dilaksanakan secara berjamaah, meskipun bagi yang uzur memenuhi keutamaan ini bisa menunaikannya secara sendirian (munfarid). Tak ada berbedaan soal rukun-rukun antara sholat tarowih, sholat witir, dan sholat fardhu.

Keharusan membaca surat-surat tertentu setelah al-Fatihah pun tidak ada. Orang yang sholat tarowih atau witir dipersilakan memilih surat dan ayat mana saja, meskipun tentu saja surat atau ayat yang lebih panjang lebih utama. Sebagian ulama merekomendasikan surat-surat tertentu untuk dibaca.

Mungkin yang khas dijumpai pada malam Romadhon adalah doa yang dipanjatkan masyarakat Muslim Tanah Air selepas sholat tarowih. Doa tersebut biasa dikenal dengan nama “doa kamilin”. Kata “kaamiliin” berarti orang-orang yang sempurna. Nama ini diambil dari redaksi pertama doa tersebut yang memohon kesempurnaan iman kepada Alloh. Doa ini dipraktikkan para ulama di mana-mana melalui rantai ijazah (sanad amalan) yang jelas.

Baca: Bacaan Doa Kamilin setelah Sholat Tarowih Lengkap Arab Latin dan Artinya

Waktu Sholat Tarowih

Waktu pelaksanaan sholat Tarowih adalah pada malam hari setelah sholat Isya dan sebelum sholat Witir. Hukum sholat Tarowih secara berjamaah adalah sunnah kifayah. Karena itu sholat Tarowih juga bisa dilakukan sendiri.

Niat Sholat Tarowih

Sholat Tarowih sebenarnya tidak memiliki perbedaan jauh dengan sholat pada umumnya. Perbedaannya hanya terletak pada lafal niat yang akan diucapkan.

Berikut lafadz niat sholat tarowih lengkap arab latin dan artinya:

Niat Sholat Tarowih bagi Imam

أُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحَ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ اِمَامًا لِلهِ تَعَالَى

Ushollii sunnatat taroowiihi rokngataini mustaqbilal qiblati imaamal lillaahi tangaalaa.

Saya niat sholat Tarowih dua rokaat menghadap kiblat, menjadi imam karena Alloh ta’ala.

Niat Sholat Tarowih bagi Makmum

أُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى

Ushollii sunnatat taroowiihi rokngataini mustaqbilal qiblati ma’muumal lillaahi tangaalaa.

Saya niat sholat Tarowih dua rokaat menghadap kiblat, menjadi makmum karena Alloh ta’ala.

Tatacara Sholat Tarowih Cepat

Melaksanakan sholat tarowih merupakan salah satu amalan sunnah di bulan puasa. Kita menyadari, dalam realitas yang terjadi, masyarakat lebih tertarik sholat tarowih dengan durasi yang lebih singkat. Sehingga tidak bisa dimungkiri, masjid atau mushola dengan penerapan tarowih cepat lebih dipenuhi jamaah dibanding yang durasinya lebih lama.

Kendati begitu, tidak sedikit pula jamaah yang memilih pelaksanaan sholat tarowih dengan durasi lebih lama atau sedang-sedang saja, mengingat untuk menjaga kekhusyukkan atau jamaahnya didominasi orang tua bahkan lanjut usia yang tidak bisa mengikuti gerakan cepat sholat tarowih.

Sebagaimana ditulis NU Online, berikut adalah panduan sholat tarowih cepat yang praktis dan mudah dipahami.

Rokaat Pertama

  1. Takbirotul Ihrom dan memasang niat di dalam hati pada saat ini.

    اللّٰهُ أَكْبَرُ.

    Alloohu akbar.

  2. Membaca Surat Al-Fatihah

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ۝١ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ۝٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ۝٣ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ۝٤ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ۝٥ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ۝٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ۝٧ اٰمِيْنَ.

    (1) Bismillaahir rohmaanir rohiim. (2) Alhamdu lillaahi robbil ngaalamiin. (3) Ar-rohmaanir rohiim. (4) Maaliki yaumid diin. (5) Iyyaaka na‘budu wa iyyaaka nastangiin. (6) Ihdinas shiroothol mustaqiim. (7) Shiroothol ladziina anngamta ngalaihim ghoiril maghdhuubi ngalaihim wa ladh dhoolliin. Amiin.

  3. Membaca satu surat pendek atau satu ayat yang dapat dipahami.
  4. Rukuk dengan thuma’ninah (tenang sejenak selama pembacaan 1 kali tasbih).
  5. Membaca tasbih rukuk 1 kali

    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهٖ.

    Subhaana robbiyal ngazhiimi wa bi hamdih.

  6. Itidal dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  7. Membaca doa itidal.

    رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ.

    Robbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wa mil-u maa syi’ta min syay-in ba‘du.

  8. Sujud pertama dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  9. Membaca tasbih sujud 1 kali.

    سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلٰى وَبِحَمْدِهٖ.

    Subhaana robbiyal a‘laa wa bi hamdih.

  10. Duduk diantara dua sujud dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih) dengan duduk iftirosy.
  11. Membaca doa duduk diantara dua sujud.

    رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي.

    Robbighfir lii, warhamnii, wajburnii, warfa‘nii, warzuqnii, wahdinii, wa ngaafinii, wa‘fu ngannii.

  12. Sujud kedua dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  13. Membaca tasbih sujud 1 kali.

    سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلٰى وَبِحَمْدِهٖ.

    Subhaana robbiyal a‘laa wa bi hamdih.

  14. Duduk istirahat (duduk iftirosy) sejenak (selama pembacaan 1 kali tasbih atau subhaanallooh) sebelum bangun.
  15. Bangun untuk melanjutkan rokaat kedua.

Rokaat kedua

  1. Membaca Surat Al-Fatihah

    بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ۝١ اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ ۝٢ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ ۝٣ مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِۗ ۝٤ اِيَّاكَ نَعْبُدُ وَاِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُۗ ۝٥ اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَۙ ۝٦ صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ەۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّاۤلِّيْنَࣖ ۝٧ اٰمِيْنَ.

    (1) Bismillaahir rohmaanir rohiim. (2) Alhamdu lillaahi robbil ngaalamiin. (3) Ar-rohmaanir rohiim. (4) Maaliki yaumid diin. (5) Iyyaaka na‘budu wa iyyaaka nastangiin. (6) Ihdinas shiroothol mustaqiim. (7) Shiroothol ladziina anngamta ngalaihim ghoiril maghdhuubi ngalaihim wa ladh dhoolliin. Amiin.

  2. Membaca surat pendek.
  3. Rukuk dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  4. Membaca tasbih rukuk 1 kali.

    سُبْحَانَ رَبِّيَ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهٖ.

    Subhaana robbiyal ngazhiimi wa bi hamdih.

  5. Itidal dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  6. Membaca doa itidal

    رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ مِلْءُ السَّمَوَاتِ وَمِلْءُ الْأَرْضِ وَمِلْءُ مَا شِئْتَ مِنْ شَيْءٍ بَعْدُ.

    Robbanaa lakal hamdu mil-us samaawaati wa mil-ul ardhi wa mil-u maa syi’ta min syay-in ba‘du.

  7. Sujud dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  8. Membaca tasbih sujud 1 kali

    سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلٰى وَبِحَمْدِهٖ.

    Subhaana robbiyal a‘laa wa bi hamdih.

  9. Duduk diantara dua sujud dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih) dengan duduk iftirosy.
  10. Membaca doa duduk diantara dua sujud.

    رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَاجْبُرْنِي وَارْفَعْنِي وَارْزُقْنِي وَاهْدِنِي وَعَافِنِي وَاعْفُ عَنِّي.

    Robbighfir lii, warhamnii, wajburnii, warfa‘nii, warzuqnii, wahdinii, wa ngaafinii, wa‘fu ngannii.

  11. Sujud kedua dengan thuma’ninah (selama pembacaan 1 kali tasbih).
  12. Membaca tasbih sujud 1 kali.

    سُبْحَانَ رَبِّيَ اْلأَعْلٰى وَبِحَمْدِهٖ.

    Subhaana robbiyal a‘laa wa bi hamdih.

  13. Duduk tasyahud dengan posisi duduk tawarruk (duduk di atas pantat kiri dengan memasukkan kaki kiri ke kanan).
  14. Membaca tasyahud atau kalimat syahadat.

    التَّحِيَّاتُ ِللّٰهِ، السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحَمَةُ اللّٰهِ وَبَرَكَاتُهٗ، السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلٰى عِبَادِ اللّٰهِ الصَّالِحِيْنَ، أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَّسُوْلُ اللّٰهِ.

    At-tahiyyaatu lillaah, as-salaamu ngalaika ayyuhan nabiyyu wa rohmatulloohi wa barokaatuh, as-salaamu ngalainaa wa ngalaa ngibaadillaahis shoolihiin, asyhadu al laa ilaaha illallooh, wa asyhadu anna Muhammadar rosuulullooh.

  15. Membaca sholawat nabi.

    اللّٰهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، فِى الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَّجِيْدٌ.

    Alloohumma sholli ngalaa sayyidinaa Muhammad, wa ngalaa aali sayyidinaa Muhammad, fil ngaalamiina innaka hamiidum majiid.

  16. Membaca salam pertama sambil menoleh ke kanan.

    اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ.

    As-salaamu ngalaikum.

  17. Membaca salam pertama sambil menoleh ke kiri.

    اَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ.

    As-salaamu ngalaikum.

Setelah dua rokaat selesai, ulangi sesuai panduan sampai 20 rokaat.

Keutamaan Sholat Tarowih

Keutamaan sholat Tarowih tidak diragukan. Banyak hadits yang sangat menganjurkan umat Islam untuk melakukannya. Di antara keutamaannya adalah:

  1. Diampuni semua dosa yang telah lalu. Keutamaan ini sesuai dengan teks hadits yang telah disebutkan di atas, yang artinya, “Barang siapa melakukan sholat (Tarowih) pada bulan Romadhon dengan iman dan ikhlas (karena Alloh ta’ala) maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (Muttafaqun ‘Alaih).
  2. Mendapatkan pahala beribadah satu malam penuh. Keutamaan kedua ini berdasarkan hadits Rosululloh SAW riwayat at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan an-Nasa’i:

    مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتّٰى يَنْصَرِفَ، كُتِبَ لَهٗ قِيَامُ لَيْلَةٍ.

    Barang siapa sholat Tarowih bersama imam sampai selesai, maka untuknya dicatat seperti beribadah semalam.

Sholat tarowih dan witir menjadi istimewa bukan hanya karena dilaksanakan pada bulan suci Romadhon, tapi juga lantaran keduanya dilakukan pada malam hari. Dalam Islam, disela Romadhon dikenal peristiwa Lailatul Qodar atau malam yang disebut lebih baik dari seribu bulan. Artinya, pelaksanaan sholat tarowih dan witir, juga ibadah-ibadah lain di malam Romadhon, merupakan kesempatan untuk meraih berlipat pahala, keutamaan dan keberkahan.


Demikian penjelasan tentang tata cara sholat tarowih, mulai dari waktu, lafal niat, teknis, dan keutamaannya, sebagaimana dilansir dari NU Online. Semoga dapat memotivasi kita semua untuk tekun dan istiqomah melakukan sholat Tarowih pada bulan Romadhon ini.

Info! Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Sholat Tarowih Lengkap Sejarah Jumlah Rokaat dan Panduan Sholat Cepat serta Bacaan Niat Arab Latin dan Artinya, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait

Tentang penulis

elzeno.id
Pengalaman Adalah Guru Terbaik. Maka, Kita Pasti Bisa Kalau Kita Terbiasa. Bukan Karena Kita Luar Biasa. Setinggi Apa Belajar Kita, Tidahlah Menjadi Jaminan Kepuasan Jiwa, Akan Tetapi Yang Paling Utama Adalah Seberapa Besar Kita Bermanfaat Untuk Ses…

Posting Komentar

Tinggalkan komentar sesuai topik artikel, Ceklist Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi via email ketika komentar kalian di balas.