{{ date }}
{{ time }}
Sudah SHOLAT kah Anda?

Pengertian Ihsan dan Pembagian Ihsan serta Hakikat Ibadah

Pengertian Ihsan, Pembagian Ihsan dan Hakekat Ibadah
Pengertian Ihsan dan Pembagian Ihsan serta Hakikat Ibadah
Pengertian Ihsan dan Pembagian Ihsan serta Hakikat Ibadah

Islam iman wal ihsan filibadah. Ibadah yang dilandasi keimanan dan ditopang oleh ahlak, ihsan dan kesabaran adalah sebuah jalan menuju alubudiyyah, penghamban makhluk terhadap Tuhannya. (Hablum Minalloh).

Setiap mu’min pasti muslim, karena orang yang telah merealisasikan iman sehingga iman itu tertanam kuat di dalam hatinya pasti akan melaksanakan amal-amal islam (sariat). Akan tetapi belum tentu setiap muslim itu pasti mu’min, karena bisa jadi iman dalam hati seseorang lemah sehingga hatinya tidak meyakini keimanannya dengan sempurna walaupun dia melakukan amalan-amalan lahir dengan anggota badannya, sehingga statusnya hanya muslim saja dan tidak tergolong mu’min dengan iman yang sempurna.

Alloh Ta’ala telah berfirman dalam QS. Al Hujurot ayat 14:

۞ قَالَتِ الْاَعْرَابُ اٰمَنَّاۗ قُلْ لَّمْ تُؤْمِنُوْا وَلٰكِنْ قُوْلُوْٓا اَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْاِيْمَانُ فِيْ قُلُوْبِكُمْۗ وَاِنْ تُطِيْعُوا اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ لَا يَلِتْكُمْ مِّنْ اَعْمَالِكُمْ شَيْـًٔاۗ اِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ۝١٤

Qoolatil a‘roobu aamannaa, qul lam tu'minuu wa laaking quuluu aslamnaa wa lammaa yadkhulil iimaanu fii quluubikum, wa in tuthiingullooha wa rosuulahuu laa yalitkum min a‘maalikum syai-aa, innallooha ghofuurur rohiim.

Orang-orang Arab Badui berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (kepada mereka), “Kamu belum beriman, tetapi katakanlah, ‘Kami baru berislam’ karena iman (yang sebenarnya) belum masuk ke dalam hatimu. Jika kamu taat kepada Alloh dan Rosul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala) amal perbuatanmu.” Sesungguhnya Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Terkait dengan Islam, iman, dan ihsan memiliki tingkatan-tingkatanya. Tingkatan pertama yaitu islam, kemudian tingkatan yang lebih tinggi dari islam adalah iman, kemudian yang lebih tinggi dari tingkatan iman adalah ihsan.

IHSAN adalah puncak ibadah dan akhlak yang senantiasa menjadi tujuan utama untuk menjadi hamba Alloh SWT yang haqiqi.

Daftar Isi Artikel:

Pengertian Ihsan

Menurut bahasa Ihsan ( احسان ) memiliki arti kesempurnaan atau terbaik. Yaitu keadaan Hati seorang Muslim yang menyembah Alloh seolah-olah ia melihat-Nya, dan jika ia tidak mampu membayangkan melihat-Nya, maka orang tersebut membayangkan bahwa sesungguhnya Alloh melihat perbuatannya.

Ihsan adalah puncak kebajikan. Bahkan maknanya lebih tinggi daripada kandungan makna "adil" karena adil adalah memperlakukan orang lain sama dengan perbuatan mereka kepada anda, sedang ihsan adalah memperlakukannya lebih baik dari perlakuannya terhadap anda. Adil adalah mengambil semua hak anda atau memberi semua hak orang lain, sedang ihsan adalah memberi lebih banyak daripada yang harus anda beri dan mengambil lebih sedikit dari yang seharusnya anda terima.

Ihsan adalah lawan dari isa'ah (berbuat kejelekan), yaitu seorang manusia mencurahkan kebaikan dan menahan diri untuk tidak mengganggu orang lain. Mencurahkan kebaikan kepada hamba-hamba Allah dan Menghamba kepada Allah SWT dengan segenap harta, ilmu, kedudukan serta jasadnya.

Dalam sebuah Hadits shohih Muslim dari Umar bin Khattab dan dua riwayat dari Abu Huroiroh (Shohihain) sanad kedua hadits tersebut adalah sohih.

Dari Abu Huroirah ra :

"Pada suatu hari, rosulullah muncul di antara kaum muslimin. Lalu datang seseorang dan bertanya: 'Wahai rosululloh, apakah Iman itu?' Rosululloh saw bersabda: 'Yaitu engkau beriman kepada Alloh, kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, pertemuan dengan-Nya, para utusan-Nya, dan beriman kepada Hari Kebangkitan akhir'. Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rosululloh, apakah Islam itu?' Rosululloh bersabda: 'Islam, yaitu engkau beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya dengan apapun, mendirikan sholat fardhu, memberikan zakat wajib dan berpuasa di bulan Romadhon'.

Orang itu kembali bertanya: 'Wahai rosululloh, apakah Ihsan itu?' Rosululloh bersabda: 'Yaitu engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak mampu melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa Dia selalu melihatmu'. Orang itu bertanya lagi: 'Wahai rosululloh, kapankah Hari Kiamat itu?' Rosululloh bersabda: 'Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada yang menanya. Apabila ada budak perempuan melahirkan majikannya, maka itulah satu di antara tandanya. Apabila ada orang yang semula miskin menjadi pimpinan manusia, maka itu termasuk di antara tandanya.

Apabila orang-orang yang tadinya menggembalakan ternak saling berlomba memperindah bangunan, maka itu termasuk di antara tandanya. Ada lima hal yang hanya diketahui oleh Alloh'.

Kemudian rosululloh membaca surat Luqman ayat 34 yang artinya:

"Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya saja lah pengetahuan tentang Hari Kiamat dan Dia lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim, dan tiada seorang pun dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok, dan tiada seorang pun dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal".

Kemudian orang itu berlalu. Lalu rosululloh bersabda: 'Panggillah orang itu kembali!'. Para sahabat beranjak hendak memanggilnya, tetapi mereka tidak melihat sesuatu pun.

Maka rosulullah bersabda: 'Itu tadi adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada manusia tentang hakikat agama mereka'. "Dari Hadits shohih diatas dapat kita Ambil kesimpulan, jika Islam, Iman, dan Ihsan adalah satu rangkaian penyempurnaan penghambaan manusia terhadap Alloh SWT.

IHSAN adalah puncaknya Ibadah dan bentuk akhlak yang seyogyanya sebagai Manusia harus selalu berusaha sekuat-kuatnya untuk mencapai dan menjadikan Ihsan sebagai tujuan utama dalam taraf penghambaan diri terhadap Alloh SWT.

Pembagian Ihsan

Ihsan terbagi dua jenis yaitu :

  1. Ihsan dalam ibadah kepada Alloh.

    yaitu ihsan yang wajib dan ihsan yang mustahab (sunah), sebagaimana ihsan dalam menunaikan hak-hak makhluk juga terbagi menjadi dua, yaitu ihsan yang wajib, dan ihsan yang mustahab (sunah). (Kitab Hushulul Ma-mul). Ihsan yang wajib ialah seseorang beribadah kepada Alloh Ta’ala dengan memenuhi dua syarat diterimanya ibadah, yaitu ikhlas dan ittiba’ (mengikuti tuntunan Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam).

    Alloh Ta’ala berfirman yang artinya,

    “Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik (lebih ihsan) amalnya.” (QS. Huud: 7).

    Dalam tafsirnya beliau Ibnu Katsir rohimahulloh mengatakan, “Suatu amalan tidak dapat dikatakan ihsan, sampai amalan tersebut ikhlas hanya untuk Alloh Ta’ala dan sesuai dengan syariat Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam.” (Tafsir al-Quranil ‘Adzim )

  2. Ihsan dalam menunaikan hak dan kewajiban terhadap sesama makhluk dan penciptanya (Alloh SWT).

    Ihsan terhadap sesama mahluk yaitu mengedepankan hak orang lain, Akhlaq dan tatanan hidup bersosial. Bukan hanya sebatas antara manusia akan tetapi terhadap semua citpaan Alloh SWT.

    Rosululloh bersabda:

    "Sesungguhnya Alloh telah mewajibkan untuk berbuat ihsan terhadap segala sesuatu. Maka jika kamu menyembelih, maka sembelihlah dengan cara yang ihsan, dan hendaklah menajamkan pisau dan menyenangkan (menenangkan dan menenteramkan) hewan sembelihan itu" (HR Muslim).

Kemudian, Setelah kita mengetahui ihsan yang bersifat wajib terkait dengan amalan ibadah (yaitu ikhlas dan ittiba’). Baca : Mengenal Hati

Pengertian Ihsan Mustahab

Selanjutnya adalah pengertian Ihsan mustahab (sunatulloh) yang terbagi menjadi dua tingkatan.

  1. Tingkatan Musyahadah

    Ihsan musyahadah Yaitu seseorang beribadah kepada Alloh seolah-oleh dia melihat-Nya. Maksud melihat di sini bukanlah melihat dzat-Nya, tetapi melihat sifat-sifat-Nya, yaitu dengan melihat tanda-tanda dari sifat-sifat-Nya yang bisa kita temui pada setiap ciptaan-Nya. Selalu berusaha menghadirkan keyakinan dalam hati tentang nama-nama Alloh yang maha indah dan sifat-sifat-Nya yang maha tinggi dalam setiap amalan-amalan kehidupan.

  2. Tingkatan Muroqobah

    Ihsan muroqobah adalah ketika seseorang beribadah kepada Alloh Ta’ala dengan disertai perasaan bahwasanya Alloh senantiasa mengawasinya. Jika seorang hamba beribadah kepada Alloh dengan perasaan ihsan maka dia akan senantiasa berusaha membaguskan ibadahnya karena Alloh Ta’ala senantiasa mengawasinya. Alloh SWT berfirman yang artinya:

    "Kamu tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari al-Quran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya." (QS. Yunus: 61)

    Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika menjelaskan tentang makna ihsan,

    “Engkau beribadah kepada Alloh seolah-olah engkau melihat-Nya. Namun, jika engkau tidak bisa melakukannya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR. Muslim).

Dalil Ihsan

Berikut ini beberapa ayat Al-quran yang menjadi landasan Ihsan.

  1. QS. Al-Baqoroh ayat 195

    وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِۛ وَاَحْسِنُوْاۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ۝١٩٥

    Wa anfiquu fii sabiilillaahi wa laa tulquu bi-aidiikum ilat tahlukati wa ahsinuu, innallooha yuhibbul muhsiniin.

    Berinfaklah di jalan Alloh, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah. Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang berbuat baik.

  2. QS. An-Nahl ayat 90

    ۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ ۝٩٠

    Innallooha ya'muru bil ngadli wal ihsaani wa iitaa-i dzil qurbaa wa yanhaa nganil fahsyaa-i wal mungkari wal baghyi yangidhukum langallakum tadzakkaruun.

    Sesungguhnya Alloh menyuruh berlaku adil, berbuat kebajikan, dan memberikan bantuan kepada kerabat. Dia (juga) melarang perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu selalu ingat.

  3. QS. Al-Baqoroh ayat 83

    وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ ۝٨٣

    Wa idz akhodznaa miitsaaqo banii isroo-iila laa ta‘buduuna illallooha wa bil waalidaini ihsaanaw wa dzil qurbaa wal yataamaa wal masaakiini wa quuluu lin naasi husnaw wa aqiimush sholaata wa aatuz zakaah, tsumma tawallaitum illaa qoliilam mingkum wa antum mu‘ridluun.

    (Ingatlah) ketika Kami mengambil perjanjian dari Bani Isroil, “Janganlah kamu menyembah selain Alloh, dan berbuat baiklah (ihsan) kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Selain itu, bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah sholat, dan tunaikanlah zakat.” Akan tetapi, kamu berpaling (mengingkarinya), kecuali sebagian kecil darimu, dan kamu (masih menjadi) pembangkang.

  4. QS. An-Nisa' ayat 36

    ۞ وَاعْبُدُوا اللّٰهَ وَلَا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّبِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَالْجَارِ ذِى الْقُرْبٰى وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْۢبِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ وَمَا مَلَكَتْ اَيْمَانُكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُوْرًاۙ ۝٣٦

    Wa‘budullooha wa laa tusyrikuu bihii syai-aw wa bil waalidaini ihsaanaw wa bidzil qurbaa wal yataamaa wal masaakiini wal jaari dzil qurbaa wal jaaril junubi wash shoohibi bil jambi wabnis sabiili wa maa malakat aimaanukum, innallooha laa yuhibbu mang kaana mukhtaalan fakhuuroo.

    Sembahlah Alloh dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak ya tim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, serta hamba sahaya yang kamu miliki. Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang sombong lagi sangat membanggakan diri.

Rosululloh SAW pun sangat memberi perhatian terhadap masalah ihsan ini. Sebab, ia merupakan puncak harapan dan perjuangan seorang hamba.

Bahkan, diantara hadits-hadits mengenai ihsan tersebut, ada beberapa yang menjadi landasan utama dalam memahami agama ini. Rosululloh SAW menerangkan ihsan, dengan mengatakan,

أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

“Ihsan adalah engkau menyembah Alloh seakan engkau melihat-Nya, maka bila engkau tak melihat-Nya maka sesungguhnya Alloh melihatmu.” (HR Muslim)

Dengan mengingat Muroqobatulloh dan Ihsanulloh, maka selayaknya untuk memperbarui niat dengan ihsanun Niyah (berniat yang baik).

Dan niat yang baik akan mengarahkan kita kepada:

  1. Ikhlasun Niyat (Niat yang Ikhlas)
  2. Itqonul ‘Amal (Amal yang rapi)
  3. Jaudatul Adaa’ (Penyesalan yang baik)
  4. Taubatan Nasuha

Jika seseorang beramal dan memenuhi kriteria di atas, maka ia telah memiliki Ihsanul ’amal (Amal yang ihsan). Berdasarkan nash-nash Al-Quran dan Sunnah, maka ibadah mempunyai tiga tingkatan, yang pada setiap tingkatan derajatnya masing-masing seorang hamba tidak dapat mengukurnya.

Tingkatan Ibadah

Tiga tingkatan Ibadah tersebut ialah:

  1. Tingkat ibadah takwa

    Takwa adalah tingkatan di mana seluruh derajatnya dihuni oleh mereka yang masuk kategori al-Muttaqun.

  2. Tingkat al-Bir

    Tingkat ibadah al bir adalah tingkatan yang akan dihuni oleh mereka yang masuk kategori al-Abror. Hal ini sesuai dengan amalan-amalan kebaikan yang mereka lakukan dari ibadah-ibadah sunnah serta segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Alloh SWT. Peringkat ini disebut martabat al-Bir (kebaikan), karena derajat ini merupakan perluasan kepada hal-hal yang sifatnya sunnah, semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Alloh dan merupakan tambahan atas yang wajib.

  3. Tingkat Ihsan

    Tingkat ibadah ihsan adalah tingkatan yang akan dicapai oleh mereka yang masuk dalam kategori Muhsinun. Mereka adalah orang-orang yang telah melalui peringkat takwa dan al bir.


Demikialah sedikit bahasan tentang ihsan dalam beribadah yang bisa kajian islami sampaikan, Apa bila ada banyak kesalahan dalam penulisan atau rujukan tafsir ayat alquran, kurang dan lebihnya kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Semoga Alloh Ta’ala senantiasa memberikan taufik-Nya kepada kita semua. Dan semoga kita digolongkan kedalam golongan Insan yang mendapatkan ihsan dalam semua amal ibadah kita kepada-Nya. Hingga Alloh menerima semua amalan kita, dan memberikan ridho dan pahala yang berlipat ganda kelak di akhirat.

Aamiin ya Robbal 'alamiin.

Info! Terima kasih telah membaca artikel kami yang berjudul: Pengertian Ihsan dan Pembagian Ihsan serta Hakikat Ibadah, jangan lupa + IKUTI website kami dan silahkan bagikan artikel ini jika menurut Anda bermanfaat. Simak artikel kami lainnya di Google News.
Artikel Terkait

Tentang penulis

Khasun
Pengalaman adalah Guru Terbaik. Oleh sebab itu, kita pasti bisa kalau kita terbiasa. Bukan karena kita luar biasa. Setinggi apa belajar kita, tidahlah menjadi jaminan kepuasan jiwa, akan tetapi yang paling utama adalah seberapa besar kita memberi ma…

Posting Komentar

Tinggalkan komentar sesuai topik artikel, Ceklist Beri Tahu Saya untuk mendapatkan notifikasi via email ketika komentar kalian di balas.