Mengenal Perbedaan HATI (Qolbu), RUH, AKAL dan NAFSU Agar Sarana Mengenal Hakikat Diri |
Apa Makna Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu?
Orang-orang yang tahu tentang hakekat diri, sudah barang tentu Ia paham tentang apa yang Alloh SWT Anugrahkan yaitu qolbu (hati) dan tahu bagaimana Menggunakan dan menjaga agar tetap terhubung dengan rabbnya.
Terdapat Beberapa masalah, ketika kita tidak memahami bagaimana, apa dan sepertia apa Hati, akal, nafsu dan qolbu. Salah satunya ketika kita dalam mengerjakan sholat, kita akan sulit untuk mendapatkan taraf khusu'. Maka dari itu begitu pentingya kita untuk mengenal antara hati, akal, nafsu dan qolbu.
Manuaia dianugrahi Hati, akal, ruh, dan nafs sebagai ciri utama manusia agar dalam menjalankan kehidupanya selalu berpegang pada nilai-nilai kemanusiaan.
Daftar Isi Artikel:
Makna Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu
Lalu apa Makna qolbu, ruh, akal dan nafsu?
Berikut penjelasan yang kami rangkum dari berbagai sumber dan kitab-kitab Kajian Islami.
Qolbu yang disebut juga hati pada dasarnya memiliki makna ganda yakni makna secara syariah dan makna secara hakikiyah, fisik dan spiritual.
Secara syariyah (fisik) hati merupakan organ tubuh manusia berupa segumpal daginh yang tersimpan dan terlindungi oleh daging tulang belulang dan kulit, Hati terletak di dada sebelah kiri. Bentuk dari hati seperti buah shanaubar sehingga sering dikatakan hati sanubari. Pada daging hati terdapat lubang dan jaringan yang halus.
Al quran berbicara mengenai hati manusia secara lengkap. Lebih detail dan utuh, terutama tujuan dari penciptaan hati bagi manusia. Bagi manusia, hati adalah ciptaan Alloh yang unik. Rasa sedih, bahagia, senang dan lain sebagainya hanya dapat dirasakan oleh kehadiran hati. Seperti halnya lidah yang dapat merasakan berbagai rasa; Mulai pahit, asin, manis pedas dan lain sebagainya.
Empat belas abad yang lalu, nabi Muhammad SAW telah mengalami sesuatu yang sangat istimewa terkait hatinya. Beliau diberikan keistimewaan oleh Alloh pertama kali adalah dibersihkanya hatinya dar berbagai penyakit hati. Dimana dalam catatan sejarah risalatul islamiyah, bahwa beliau dibersihkan hatinya dari sifat-sifat dan perbuatan yang dapat melanggar perintah-Nya.
Dan Beliau Nabi Muhammad SAW mengajarkan kepada umatnya untuk menjadikan hati selalu baik, agar selalu memelihara keyakinan atau pikiran bahwa Alloh SWT adalah maha pengatur dan membolak balikan hati dan Alloh SWT tahu akan apa isi hati kita. Dia tidak akan pernah luput dan lalai terhadap hati kita. Untuk itulah karena hati sebagai sumber dari setiap tindakan manusia, maka ia memiliki peranan besar terhadap amal perbuatan yang kita kerjakan.
Dalam salah satu Kitab Imam Syafi’i menjelaskan bahwa :
"Semua perbuatan manusia tergantung dari sepotong daging dalam tubuh. Jika ia baik, maka baiklah seluruh perbuatannya. Sebaliknya, jika ia buruk, maka buruklah semua amal perbuatannya, dia lah hati"
Rosululloh Shollallohu ’alaihi Wa Sallam bersabda:
حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ سَلَمَةَ أَخْبَرَنَا الزُّبَيْرُ أَبُو عَبْدِ السَّلَامِ عَنْ أَيُّوبَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مِكْرَزٍ وَلَمْ يَسْمَعْهُ مِنْهُ قَالَ حَدَّثَنِي جُلَسَاؤُهُ وَقَدْ رَأَيْتُهُ عَنْ وَابِصَةَ الْأَسَدِيِّ قَالَ عَفَّانُ حَدَّثَنِي غَيْرَ مَرَّةٍ وَلَمْ يَقُلْ حَدَّثَنِي جُلَسَاؤُهُ قَالَ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَنَا أُرِيدُ أَنْ لَا أَدَعَ شَيْئًا مِنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ إِلَّا سَأَلْتُهُ عَنْهُ وَحَوْلَهُ عِصَابَةٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَسْتَفْتُونَهُ فَجَعَلْتُ أَتَخَطَّاهُمْ قَالُوا إِلَيْكَ يَا وَابِصَةُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قُلْتُ دَعُونِي فَأَدْنُوَ مِنْهُ فَإِنَّهُ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ أَنْ أَدْنُوَ مِنْهُ قَالَ دَعُوا وَابِصَةَ ادْنُ يَا وَابِصَةُ مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلَاثًا قَالَ فَدَنَوْتُ مِنْهُ حَتَّى قَعَدْتُ بَيْنَ يَدَيْهِ فَقَالَ يَا وَابِصَةُ أُخْبِرُكَ أَوْ تَسْأَلُنِي قُلْتُ لَا بَلْ أَخْبِرْنِي فَقَالَ جِئْتَ تَسْأَلُنِي عَنْ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ فَقَالَ نَعَمْ فَجَمَعَ أَنَامِلَهُ فَجَعَلَ يَنْكُتُ بِهِنَّ فِي صَدْرِي وَيَقُولُ يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِي الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ
Telah menceritakan kepada kami [Affan] telah menceritakan kepada kami [Hammad bin Salamah] telah mengabarkan kepada kami [Az Zubair Abu Abdus Salam] dari [Ayyub bin Abdullah bin Mikraz] -namun ia tidak mendengar hadits itu darinya- ia berkata, telah menceritakan kepadaku orang-orang yang duduk bersamanya dan saya melihatnya dari [Wabishah Al Asadi] -Affan berkata; ia telah menceritakan kepadaku beberapa kali, namun ia belum pernah mengatakan, 'Telah menceritakan kepadaku orang-orang yang bermajelis dengannya'-, Ia berkata, "Saya datang kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan saya ingin agar tidak ada sesuatu baik berupa kebaikan atau keburukan kecuali aku telah menanyakannya pada beliau. Dan pada saat itu di sekeliling beliau banyak terdapat kaum muslimin yang sedang meminta nasehat kepadanya beliau. Maka aku pun nekar melangkahi mereka hingga orang-orang itu berkata, "Wahai Wabishah, menjauhlah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, menjauhlah wahai Wabishah!" Saya berkata, "Biarkan saya mendekat kepada beliau. Karena beliau adalah orang yang paling saya cintai dan sukai untuk saya dekati." Maka beliau pun berkata, "Biarkan Wabisah mendekat. Mendekatlah wahai Wabishah." Beliau mengatakannya dua atau tiga kali. Wabishah berkata, "Saya pun mendekat kepada beliau hingga saya duduk di hadapannya. Kemudian beliau bertanya: "Wahai Wabisah, aku beritahukan kepadamu atau kamu yang akan bertanya padaku?" saya menjawab, "Tidak, akan tetapi beritahukanlah padaku." Beliau lantas bersabda: "Kamu datang untuk bertanya mengenai kebaikan dan keburukan (dosa)?" Saya menjawab."Benar." Beliau kemudian menyatukan ketiga jarinya seraya menepukkannya ke dadaku. Setelah itu beliau bersabda: "Wahai Wabishah, mintalah petunjuk pada hati dan jiwamu -beliau mengulanginya tiga kali-. Kebaikan itu adalah sesuatu yang dapat menenangkan dan menentramkan jiwa. Sedangkan keburukan itu adalah sesuatu yang meresahkan hati dan menyesakkan dada, meskipun manusia memberimu fatwa dan membenarkanmu." (Hadits Ahmad Nomor 17320)
Kembali pada Hati Manusia
Secara syari'ah Qolbu juga diartikan sebagai segumpal daging yang mana baik buruknya akan memberi dampak besar terhadap jasad seseorang. Hati itu ibarat raja yang mengatur semua prajurit yang melakukan sesuatu atas perintahnya dan memiliki kendali atas prajurit tersebut. Semuanya takluk dan mengabdi pada raja, yang dalam hal ini adalah hati.
Dari hati itulah diperoleh kebenaran maupun penyimpangan. Setan pun mengetahui bahwa hati adalah faktor utama seorang hamba dalam melakukan sesuatu. Setan menyampaikan bisikan ke dalam hatinya sehingga keluar dari jalan yang benar. Maka, hati terbagi menjadi tiga jenis.
Definisi Qolbu
Berikut ini ulasan mengenai tiga jenis hati :
Hati yang Sehat
Hati yang sehat adalah hati yang tidak dapat bertahan di Hari Kebangkitan kelak, kecuali membawa Alloh SWT ke dalamnya. Alloh SWT berfirman:
يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ
"(Yaitu) di hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Alloh dengan hati yang bersih." (QS Asy-Syu'aro: 88-89)
Orang yang selamat adalah orang yang membawa kedamaian sehingga dia diberikan keselamatan dari setiap keinginan yang bertentangan dengan perintah Alloh SWT, dan dari larangan-Nya. Orang dengan hati bersih akan selamat dari rasa ketakutan, frustasi dan perasaan-perasaan buruk lainnya.
Hati yang Mati
Ini adalah hati yang tidak memiliki kehidupan dan tidak mengenal Tuhannya. Orang dengan hati ini maka akan memuaskan apa yang disukainya. Bila perbuatan tersebut bisa menimbulkan murka Alloh SWT, dia tidak peduli karena hanya peduli pada kepuasan nafsunya.
Orang dengan hati yang mati, akan menyembah siapapun selain Alloh SWT. Yang disembahnya adalah kepuasan, ketakutan, keputusasaan, dan kehormatan. Orang seperti ini mengedepankan kesenangan pribadinya dibandingkan apa yang disenangi Alloh SWT.
Hawa nafsu adalah pengendali dirinya dan penggeraknya. Sedangkan kelalaian adalah perahunya. Dalam pikirannya hanya tertuju pada hal yang duniawi.
Baca : Mengenal Penyakit Ain, cara dan Doa agar Terhindar dari Penyakit AIN
Hati yang Sakit
Hati jenis ini memang memiliki kehidupan tetapi punya masalah di dalamnya. Orang dengan hati ini memiliki kecintaan terhadap hawa nafsunya. Akibatnya, ada usaha dari dirinya untuk memuaskan hawa nafsunya.
Orang dengan hati yang sakit memiliki perasaan iri hati, arogan, sombong, gila hormat, korup, dan hal-hal yang merusak lainnya. Di dalam lubang atau rongga terdapat darah hitam yang menjadi sumber ruh. Sedangkan Hati secara spiritual merupakan sesuatu yang halus, robbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohanian) dan mempunyai keterkaitan dengan hati yang jasmaniah (fisik).
Baca : Pengertian Ghibah (Penyakit Hati)
Sebagaimana Sabda Rosululloh SAW :
... وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ
“... Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh; ketahuilah bahwa dia adalah qolbu. (HR. Bukhori dan Muslim)
Secara bahasa, Qolbu memiliki arti Jantung.
Sejalan dengan Hadits diatas bahwa ketika jantung kita sehat, maka seluruh tubuh kita pun akan sehat bebas dari berbagai penyakit serta baik dalam tabiat dan prilaku pemilk hati tersebut. Dan sebaliknya, jika jantung kita biarkan kotor, maka darah yg mengalir ke seluruh tubuh pun akan menjadi darah yang kotor dan menjadi penyakit serta hati menjadi keras.
Secara Hakikiyah, makna qolbu adalah sebuah organ yang bersifat sir (tidak berwujud), namun ketika seseorang tersebut melakukan sebuah kemaksiatan, maka lama kelamaan akan menjadikan qolbu (hati) menjadi keras (sulit untuk menerima kebenaran).
Sebagaimana Alloh SWT berfirman dalam hadits Qudsyi :
بَنَيْتُ فِى جَوْفِ اِبْنِ آدَمَ قَصْرًا وَفِى الْقَصْرِ صَدْرً وَفِى الصَّدْرِ قَلْبًا وَفِى الْقَلْبِ فُؤَادً وَفِى الْفُؤَادِ شَغَافًا وَفِى الشَّغَافِ لَبًّا وَفِى لَبٍّ سِرًّا وَفِى السِّرِّ أَنَا (الحديث القدسى)
Telah kami (Alloh) bina/bangun dalam diri bani adam sebuah bangunan. Di dalam bangunan itu terdapat dada, di dalam dada terdapat qolbu, di dalam qolbu terdapat fuad (mata hati), di dalam fuad terdapat syaghof (hati nurani), di dalam syaghof terdapat lubb (lubuk hati), dalam lubuk hati terdapat sirr (rasa), didalam sirr ada Aku (Alloh).
Sedangkan Qolbu menurut ahli tasyawuf diartikan pula sebagai sebuah latifah, kelembutan / titik sensor / dimensi ketuhanan yang tidak mempunyai bentuk fisik.
Sedangkan hati yang berbentuk segumpal daging (secara fisik) itu dalam bahasa arab disebut “kabid” bukan qolbu.
Adapun qolbu menurut Imam Al-Ghozali r.a dalam kitabnya ihya ulumidin adalah perpaduan antara ruh, akal atau nafsu.
Definisi Ruh
Firman Alloh SWT dalam surah Al-Isro ayat 85 :
وَيَسْـَٔلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِۗ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ اَمْرِ رَبِّيْ وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا ٨٥
Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang roh. Katakanlah, “Roh itu termasuk urusan Tuhanku, sedangkan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali hanya sedikit.”
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani berfatwa :
Makhluk yang pertama kali diciptakan oleh Alloh SWT adalah ruh, ruh siapa? ruh Muhammad SAW. Sebagaimana telah Alloh firmankan dalam hadits qudsi : “Aku ciptakan ruh Muhammad dari cahaya-Ku”. (kitab sirrul asror).
Kesimpulan :
Ruh adalah hakikat Muhammad dan hakikat Muhammad disebut nur. Karena nur Muhammad Saw bersih dari segala kegelapan. Ruh Muhammad adalah ruh termurni sebagai makhluk pertama dan asal seluruh makhluk, sebagaimana sabda beliau Saw : “aku dari Alloh dan makhluk lain dari aku”.
Dari ruh Muhammad inilah Alloh menciptakan semua ruh di alam lahut (negeri asal setelah 4.000 tahun dari penciptaan ruh Muhammad).
Kemudian ruh-ruh tersebut diturunkan ke tempat yang terendah, dimasukkan kepada makhluk yang terendah, yaitu jasad. Jasad itu sendiri diciptakan Alloh dari bumi yang tersusun dari empat unsur (tanah, air, api dan angin).
Setelah diwujudkan jasad itu maka Alloh menitipkan ruh dari-Nya ke dalam jasad, dan sebagai barang titipan pastinya Alloh akan mengambil kembali titipannya itu.
Bahwasanya setiap ruh itu memiliki perjanjian awal di negeri asalnya yaitu alam lahut dan isi perjanjiannya adalah ketika Alloh bertanya kepada semua ruh :
وَاِذْ اَخَذَ رَبُّكَ مِنْۢ بَنِيْٓ اٰدَمَ مِنْ ظُهُوْرِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَاَشْهَدَهُمْ عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْۚ اَلَسْتُ بِرَبِّكُمْۗ قَالُوْا بَلٰىۛ شَهِدْنَاۛ اَنْ تَقُوْلُوْا يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اِنَّا كُنَّا عَنْ هٰذَا غٰفِلِيْنَۙ ١٧٢
(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,” (Qs. Al-Aroof : 172).
Namun pada kenyataanya sekarang dan tidak bisa dipungkiri banyak ruh yang lupa dengan perjanjian awalnya terhadap Alloh SWT, sehingga mereka terlena dan terlalu nyaman tinggal di dalam jasad yang notabenya adalah tempat terendah bagi mereka.
Ruh-ruh yang setia dan tetap memegang perjanjian awal pada hakikatnya mereka tetap berada pada negeri asalnya yaitu alam lahut meskipun badannya di bumi. Namun yang demikian sangatlah sedikit orang yang sadar dan berkeinginan pulang atau kembali ke negeri asalnya.
Oleh karenanya Alloh SWT melimpahkan kenabian terhadap ruh agung Muhammad sebagai penunjuk jalan dari kesesatan mereka, menjadikan Nabi suri tauladan bagi kehidupan manusia.
Hakikat dari tugas Nabi adalah mengajak Manusia untuk kembali mengingat perjanjian awal mereka hingga mampu bertemu dengan Alloh SWT. Sebagaimana salah satu sifat Rosul SAW adalah Tabligh, yaitu untuk memberikan basyirah dan huda (pandangan lurus dan petunjuk) kepada manusia menuju Robb-nya.
Nabi SAW memiliki keterbatasan waktu di dunia ini untuk menjalankan tugasnya tersebut, maka kemudian Alloh mewariskan tugas ini kepada para ulama atau waliyulloh yang sudah mencapai taraf kesucian ruh dan telah mendapatkan bashirah (pandangan lurus) dari Alloh kepadanya, Mereka adalah para waliyulloh.
Para wali Alloh sebagai ahlul ibadah dan ahlul bashiroh yang telah dibukakan mata hatinya untuk mengetahui jalan menuju Alloh, mereka itulah yang disebut ahli ruhani (al ubudiyyah).
Baca :4 Pilar menuju Al Ubudiyyah
Pembagian Ruh
Ruh terbagi ke dalam 4 bagian :
- Ruh Al-Qudsi (ruh termurni), yaitu ruh yang berada di alam lahut atau alam ma’rifat atau alam tertinggi.
Ruh ini adalah hakikat manusia yang disimpan di dalam lubuk hati. Keberadaannya akan diketahui dengan cara memperbaiki segala amal perbuatan dan menanamkan serta mengamalkan kalimatul iman (lailaha ilalloh) dengan sungguh-sungguh.
Ahli Tasawwuf menamakan ruh sebagai bayi ma’nawi (thiflul ma’ani). Ruh inilah yang senantiasa akan mampu berhubungan dengan Alloh SWT sedangkan badan atau jasmani ini bukan mahromnya bagi Alloh.
Ruh Al-Qudsi telah Alloh tempatkan di dalam rasa (sirri). Alat untuk menjaga ruh adalah ilmu hakikat, yaitu ilmu tauhid.
Ilmunya adalah mudawamah nama-nama Tauhid dengan lisan sirr tanpa suara dan huruf. Siapapun tidak ada yang mampu melihat atau menerawangnya kecuali Alloh 'aza wajalla.
Adapun kelebihanya yaitu dapat keluar tihful ma’ani, musyahadah serta terarah dan melihat kepada zat Alloh dalam keagungan-Nya dan dalam keindahan-Nya dengan penglihatan sirri.
- Ruh Sulthoni
Ruh Shulthoni dalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam jabarut. Tempat ruh ini adalah fuad (mata hati). Alatnya adalah ma’rifat dan amalannya adalah mudawamah asma Alloh dengan lisan dan hati (qolbu). Adapun manfaatnya adalah mampu mengolah dan melihat pantulan ruh sultoni “Jamalillah” (keindahan Alloh).
- Ruh Saironi Rowani (ruh ruhani)
Ruh ruhani adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam malakut. Tempatnya adalah hati (qolbu). Alatnya adalah mudawamah asma’ul bathin tanpa suara dan huruf.
Keutamaanya adalah ma’rifat kepada Alloh SWT, ilmu bathin, memperoleh ketenangan di dalam bergaul, kehidupan hati dan musyahadah di alam malakut (seperti menyaksikan surga dan ahlinya dan malaikat-malaikatnya). Tempatnya di akhirat adalah surga tingkat ke dua yaitu jannatun na’im.
- Ruh Jismani
Ruh jismani adalah ruh yang memiliki lapisan (balutan cahaya) di alam mulki (alam terendah bagi ruh). Ruh jismani telah Alloh tempatkan di dalam jasad antara daging dan darah tepatnya di wilayah dada dan anggota badan yang zahir. Alat untuk mengolah ruh ini adalah syari’at. Amalanya adalah ibadah bilisan wa badani.
Keutamaanya adalah mengharap pertolongan Alloh, mukasyafah (terbukanya hijab antara manusia dengan Alloh), dan musyahadah (merasa berhadap-hadapan dengan Alloh).
Syafaat nabi (berharap mendapat syafaat Nabi Muhammad SAW). Keuntungan di akhirat kelak akan ditempatkan di jannatul ma’wa.
Dari beberapa penjelasan Hati, ruh dan alat serta cara mengatur atau mengolah kehidupan melalui Hati. Maka kita wajib sebagai manusia untuk selalu berusaha mengolah diri dan kehidupan, sebab apa yang dilakukan di muka bumi ini (amal perbuatan) akan diminta pertanggung jawabannya kelak di hari kiamat.
Memahami Tujuan utama diciptakanya manusia di alam terendah (dunia) adalah agar manusia berupaya kembali kepada Alloh dan mencapai darajat (kembalinya manusia ke tempat asalnya) dengan menggunakan hati (qolbu) dan jasad.
Maka Manusia sangat membutuhkan ilmu tauhid untu ditanamkan pada ladang hati agar tumbuh menjadi keimanan yang tertanam di dalam rasa dan menghasilkan ma'rifatulloh dan meraih ridho Alloh SWT. Ketika manusia lalai tidak mengupayakan hati dapat menjerumuskanke dalam lembah kesesatan.
Hal ini terjadi ketika orang-orang musyrik mendustakan kebenaran Rosululloh Sholallohu ‘alahi Wassallam sehingga membawa mereka ke dalam azab yang pedih.
Sebagaimana telah Alloh abadikan di dalam Al-Quran:
خَتَمَ اللّٰهُ عَلٰى قُلُوْبِهِمْ وَعَلٰى سَمْعِهِمْۗ وَعَلٰٓى اَبْصَارِهِمْ غِشَاوَةٌ وَّلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيْمٌ ࣖ ٧
Alloh telah mengunci hati dan pendengaran mereka. Pada penglihatan mereka ada penutup, dan bagi mereka azab yang sangat berat. (QS. Al-Baqoroh: 7).
Pengertian Akal
Syekh Abdul Qodir Al-Jailani menyebut ruh atau hakikat Muhammad itu adalah akal.
Hakekat Akal Manusia
Kebanyakan kita mengatakan bahwa akal itu adalah pikiran yang tertanam dalam otak yang secara fisik bertempat didalam kepala kita "Ketahuilah wahai saudaraku akal bukanlah otak, jadi letak keberadaannya bukan di kepala. Keberadaan akal tidaklah berbentuk secara fisik sehingga tidak dapat dilihat oleh mata kepala ini. Tapi meskipun demikian, fungsi dan gerakannya dapat dirasakan."
Semoga Alloh senantiasa menjaga dan menghindarkan kita dari kesesatan, semoga kita diberikan pemahaman yang mendalam kepada akal kita ini sehingga faham tentang apa sebenarnya akal itu apa.
Otak atau pikiran akan selalu menuntut bukti nyata, yang nampak oleh mata, maka akan sulit bagi kita untuk mempercayai atau mengimani segala kebesaran Alloh SWT. Sebab menggunakan otak atau pikiran akan menuntut segala sesuatunya harus rasional dan wujud. Yang akhirnya kita tidak bisa beriman secara betul-betul.
Firman Alloh SWT :
وَاِذَا نَادَيْتُمْ اِلَى الصَّلٰوةِ اتَّخَذُوْهَا هُزُوًا وَّلَعِبًاۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ ٥٨
Apabila kamu menyeru untuk (melaksanakan) sholat, mereka menjadikannya bahan ejekan dan permainan. Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka orang-orang yang tidak mengerti. (Qs. Al-Maaidah ayat 58)
Akal adalah alat untuk berfikir dan memahami ayat-ayat Alloh baik yang kauniyah maupun kauliyah. Berfikir dengan akal dan diresapi menggunakan hati akan berujung dengan satu kesimpulan atau pemahaman :
رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هٰذَا بَاطِلًاۚ
"Tidak ada sesuatu apapun yang Alloh telah ciptakan itu sia-sia."
Apabila seseorang telah mempergunakan akalnya dalam berfikir dengan baik dan benar maka keimanannya akan semakin mantap dan terus meningkat.
Sebagaimana Alloh firmankan dalam surah Qoof ayat 37 :
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَذِكْرٰى لِمَنْ كَانَ لَهٗ قَلْبٌ اَوْ اَلْقَى السَّمْعَ وَهُوَ شَهِيْدٌ ٣٧
Sesungguhnya pada yang demikian itu pasti terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya dan dia menyaksikan. (Qs. Qof : 37)
Dalam ayat di atas Alloh menggunakan kata qolbun untuk menyatakan akal. Jadi Akal sama halnya dengan qolbun (hati sanubari).
Pengertian Nafsu
Mengenal apa itu Nafsu
Nafsu adalah elemen jiwa (unsur ruh) yang berpotensi mendorong pada tabi’at badaniyah / biologis dan mengajak diri pada berbagai amal baik atau buruk. Nafsu itu pula adalah ruh sebagaimana dimaksud dalam firman Alloh surah At-Takwir ayat 7 :
وَاِذَا النُّفُوْسُ زُوِّجَتْۖ ٧
Apabila roh-roh dipertemukan (dengan tubuh).
Nafsu di dalam ayat ini diartikan ruh.
Adapun nafsu memiliki tingkatan-tingkatan. Syekh Muhammad Nawawi Al-Jawi membagi nafsu dalam 7 tingkatan yang dikenal dengan istilah “marotibun nafsi” yaitu terdiri dari :
Nafsu Amaroh
Nafsu amaroh tempatnya adalah “ash-shodru” artinya dada.
Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- Al-Bukhlu artinya kikir atau pelit
- Al-Hirsh artinya tamak atau rakus
- Al-Hasad artinya hasud
- Al-Jahl artinya bodoh
- Al-Kibr artinya sombong
- Asy-Syahwat artinya keinginan duniawi
Nafsu Lawwamah
Nafsu lawwamah tempatnya adalah “al-qolbu” artinya hati, tepatnya dua jari di bawah susu kiri. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- Al-Laum artinya mencela
- Al-Hawa artinya bersenang-senang
- Al-Makr artinya menipu
- Al-Ujb artinya bangga diri
- Al-Ghibah artinya mengupat
- Ar-Riya’ artinya pamer amal
- Az-Zulm artinya zalim
- Al-Kidzb artinya dusta
- Al-ghoflah artinya lalai
Nafsu Mulhimah
Nafsu mulhimah tempatnya adalah “Ar-ruh” tepatnya dua jari di bawah susu kanan. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- As-Sakhowah artinya murah hati
- Al-Qona’ah artinya merasa cukup
- Al-Hilm artinya murah hati
- At-Tawadhu’ artinya rendah hati
- At-Taubat artinya taubat atau kembali kepada Alloh
- As-Shobr artinya sabar
- At-Tahammul artinya bertanggung jawab
Nafsu Muthmainnah
Nafsu muthmainnah tempatnya adalah “As-Sirr” artinya rahasia, tepatnya dua jari dari samping susu kiri kearah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- Al-Juud artinya dermawan
- At-tawakkul artinya berserah diri
- Al-Ibadah artinya ibadah
- Asy-Syukr artinya syukur atau berterima kasih
- Ar-Ridho artinya rido
- Al-Khosyah artinya takut akan melanggar larangan
Nafsu Rodhiyah
Nafsu rhodiyah tempatnya adalah “Sirr Assirr” artinya sangat rahasia, tepatnya di jantung yang berfungsi menggerakkan seluruh tubuh. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- Al-Karom artinya murah hati
- Az-Zuhd artinya zuhud atau meninggalkan keduniawian
- Al-Ikhlas artinya ikhlas atau tanpa pamrih
- Al-Waro’ artinya meninggalkan syubhat
- Ar-Riyadhoh artinya latihan diri
- Al-Wafa’ artinya tepat janji
Nafsu Mardhiyah
Nafsu mardhiyah tempatnya adalah “Al-khofiy” artinya samar, tepatnya dua jari dari samping susu kanan ke tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- Husnul Khuluq artinya baik akhlak
- Tarku maa siwAlloh artinya meninggalkan selain Alloh
- Al-Luthfu bil kholqi artinya lembut kepada makhluk
- Hamluhum ‘ala sholah artinya mengurus makhluk pada kebaikan
- Shofhu ‘an dzunubihim artinya mema’afkan kesalahan makhluk
- Al-Mail ilaihim liikhrojihim min dzulumati thoba’ihim wa anfusihim ila anwari arwahihim artinya mencintai makhluk dan cenderung perhatian kepada mereka guna mengeluarkannya dari kegelapan (keburukan) watak dan jiwa-jiwanya ke arah bercahayanya ruh-ruh mereka.
Nafsu Kamilah
Nafsu kamilah tempatnya adalah “Al-Akhfa” artinya sangat samar, tepatnya di tengah-tengah dada. Adapun pasukan-pasukannya sebagai berikut :
- Ilmu Al’Yaqiin
- Ainul Yaqiin
- Haqqul Yaqiin
Hakekat Manfaat Hati, Akal, Ruh dan Nafsu dalam Diri Manusia
Melalui hakekat Hati, Ruh, Akal dan Nafs, Manusia akan memahami tujuan hidup di dunia.
- Sebagai Pengurus (Kholifah) di Bumi
Tujuan manusia diciptakan dan dibekali akal dan hati. Salah satunya adalah dibentuk sebagai pengurus (kholifah) di bumi ini.
Hal tersebut telah dinyatakan dalam firman Alloh :
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةًۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣٠
(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan kholifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqoroh: 30)
- Untuk Menyembah Alloh
Tujuan diciptakan hati juga memiliki tujuan agar manusia dapat menyembah Alloh sebagai pencipta mereka.
Dijelaskan dalam firman Alloh sebagai berikut :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ ٥٦
Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (QS. Al-Dzariyat: 56)
- Agar Manusia Mengetahui Maha Kuasa Alloh
Tujuan diciptakanya hati antara lain juga agar manusia mengetahui bahwa seluruh bumi, tata surya, dan isinya telah terbentuk berkat maha kuasa Alloh SWT.
Alloh berfirman :
اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ وَّمِنَ الْاَرْضِ مِثْلَهُنَّۗ يَتَنَزَّلُ الْاَمْرُ بَيْنَهُنَّ لِتَعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ەۙ وَّاَنَّ اللّٰهَ قَدْ اَحَاطَ بِكُلِّ شَيْءٍ عِلْمًاࣖ ١٢
Allohlah yang menciptakan tujuh langit dan (menciptakan pula) bumi seperti itu. Perintah-Nya berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwa Alloh Mahakuasa atas segala sesuatu dan ilmu Alloh benar-benar meliputi segala sesuatu. (QS at-Tholaq: 12)
- Tempat Keikhlasan dan Upaya menuju Al Ubudiyyah
Tujuan Manusia diberi Hati akal, ruh dan nafs menjadi bukti dan upaya kelayakan manusia akan ditempatkan di mana nanti saat di akhirat yakni surga ataukah neraka.
Alloh maha berkehendak menciptakan hati, ruh, akal dan ruh agar Manusia berupaya menuju Al Ubudiyyah.
Alloh memilih membuat manusia hidup di dunia berbekal akal dan hati terlebih dahulu untuk melihat sendiri amal perbuatannya sehingga layak di tempat yang mana.
Alloh telah berfirman :
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِۗ لِيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَسَاۤءُوْا بِمَا عَمِلُوْا وَيَجْزِيَ الَّذِيْنَ اَحْسَنُوْا بِالْحُسْنٰىۚ ٣١
Milik Allohlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. (Dengan demikian,) Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat jahat sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan Dia akan memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dengan pahala yang lebih baik (surga). (QS. An-Najm: 31)
Itulah diantara alasan yang dinyatakan secara eksplisit dari Alquran tentang kenapa Alloh menciptakan qolbu, ruh, akal dan Nafsu.
Dari kedalaman sanubari yang bersih kita akan dituntun untuk memahami diri dan tujuan hidup di dunia ini.
Penutup
Hakekat Qolbu, Ruh, Akal dan Nafsu adalah kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan.
Imam Al-Ghozali r.a mengatakan dalam kitabnya bahwa; Qolbu, ruh, akal dan nafsu itu adalah satu. (syai’un wahidun).
Baca juga : Pengertian Ghuluw (berlebihan dalam beragama)
Tidak memiliki perbedaan, semuanya merupakan hal yang sama. Sehingga jelas bahwa keempat nama tersebut pada dasarnya adalah satu hal yang sama, memiliki fungsi dan tugas yang sama. Yaitu mengantarkan kita lebih dekat dengan Allah swt dan mampu mengantarkan kita mencapai tujuan kita yaitu bertemu dengan-Nya.
Wallohu a'lam bish showab. Shodaqollohul 'adziim.