Beberapa Hari lagi Ramadhan segera tiba, sebagai umat muslim selayaknya kita merasa bahagia menyambut bulan ramadhan karena bulan ramadhan memiliki beberapa keistimewaan dan keutamaan dibanding bulan-bulan lainnya.
Baca juga: 11 Keutamaan dan Keistimewaan Bulan suci Romadhon
Pada Bulan Romadhon kita diwajibkan untuk berpuasa atau yang kita kenal dengan puasa ramadhan dan malam harinya kita melaksanakan ibadah sholat tarowih.
Lalu, bagaimanakah hukumnya jika berpuasa namun tidak melaksanakan sholat tarowih pada malam harinya?
Berikut penjelasan tentang Hukum puasa Romadhon namun tidak sholat Tarowih :
Sholat Tarowih tergolong dalam sholat sunnah, Qiyamul lail (sholat malam) seperti Sholat Sunnah Tahajud.
Baca : Hukum dan Fadhilah Sholat Tarowih di Rumah
Sholat Tarowih hukumnya sunnah sebagaimana sholat malam lainnya. Rosullulloh SAW bersabda bahwa sholat tarowih tidaklah wajib. Rosullulloh juga bersabda bahwa :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي الْمَسْجِدِ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَصَلَّى بِصَلَاتِهِ نَاسٌ ثُمَّ صَلَّى مِنْ الْقَابِلَةِ فَكَثُرَ النَّاسُ ثُمَّ اجْتَمَعُوا مِنْ اللَّيْلَةِ الثَّالِثَةِ أَوْ الرَّابِعَةِ فَلَمْ يَخْرُجْ إِلَيْهِمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَصْبَحَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُ الَّذِي صَنَعْتُمْ فَلَمْ يَمْنَعْنِي مِنْ الْخُرُوجِ إِلَيْكُمْ إِلَّا أَنِّي خَشِيتُ أَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ قَالَ وَذَلِكَ فِي رَمَضَانَ. (صحيح مسلم ١٢٧٠)
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya] ia berkata: saya telah membacakan kepada [Malik] dari [Ibnu Syihab] dari [Urwah] dari [Aisyah] bahwasanya: Pada suatu malam (di bulan Romadlon), Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam sholat di Masjid, lalu diikuti oleh beberapa orang sahabat. Kemudian (pada malam kedua) beliau sholat lagi, dan ternyata diikuti oleh banyak orang. Dan pada malam ketiga atau keempat mereka berkumpul, namun Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam tidak keluar sholat bersama mereka. Maka setelah pagi, beliau bersabda: "Sesungguhnya aku tahu apa yang kalian lakukan semalam. Tiada sesuatu pun yang menghalangiku untuk keluar dan sholat bersama kalian, hanya saja aku khawatir (sholat tarowih itu) akan diwajibkan atas kalian." (Shahih Muslim: 1270)
Hadits tersebut menjelaskan bahwa puasa seseorang tetaplah sah meski tidak menunaikan sholat tarowih dan jika meninggalkan sholat tarowih ia tidak dianjurkan untuk mengqodhonya atau menggantinya.
Meskipun demikian mendirikan sholat tarowih sangat dianjurkan karena pahala yang akan kita dapat sangatlah besar baca : Fadilah sholat Tarowih Hari 1 sampai 30
Hukum sholat tarowih di bulan romadhon adalah sunnah muakkad atau sangat dianjurkan sesuai dengan Al Qur’an dan hadits serta beberapa pendapat ulama. Sholat Tarowih bisa dilaksanakan secara berjamaan maupun sendirian dirumah karena hukum sholat tarowih sendirian di rumah diperbolehkan dan sholat tarowih sah apabila memenuhi syarat sah sholat.
Lalu Bagaimana Hukum Puasa Tanpa Sholat Tarowih?
Baca : Tata Cara Niat dan Doa Sholat Tarowih (lengkap)
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa hukum puasa romadhon adalah wajib sementara hukum sholat tarowih adalah sunnah muakad dimana jika ditinggalkan tidaklah berdosa, menjalankanya akan mendapatkan pahala.
Karena hukum sholat tarowih adalah sunah dan bukan merupakan salah satu syarat sah atau rukun puasa maka puasa orang yang tidak menunaikan sholat tarowih adalah sah.
Sholat Tarowih pada zaman Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, sholat tarowih berjamaah hanya dikerjakan selama 3 malam.
Abu Dzar menceritakan ;
صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَمَضَانَ، فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْهُ، حَتَّى بَقِيَ سَبْعُ لَيَالٍ، فَقَامَ بِنَا لَيْلَةَ السَّابِعَةِ حَتَّى مَضَى نَحْوٌ مِنْ ثُلُثِ اللَّيْلِ، ثُمَّ كَانَتِ اللَّيْلَةُ السَّادِسَةُ الَّتِي تَلِيهَا، فَلَمْ يَقُمْهَا، حَتَّى كَانَتِ الْخَامِسَةُ الَّتِي تَلِيهَا، ثُمَّ قَامَ بِنَا حَتَّى مَضَى نَحْوٌ مِنْ شَطْرِ اللَّيْلِ، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا بَقِيَّةَ لَيْلَتِنَا هَذِهِ. فَقَالَ: «إِنَّهُ مَنْ قَامَ مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ، فَإِنَّهُ يَعْدِلُ قِيَامَ لَيْلَةٍ» ثُمَّ كَانَتِ الرَّابِعَةُ الَّتِي تَلِيهَا، فَلَمْ يَقُمْهَا، حَتَّى كَانَتِ الثَّالِثَةُ الَّتِي تَلِيهَا، قَالَ: فَجَمَعَ نِسَاءَهُ وَأَهْلَهُ وَاجْتَمَعَ النَّاسُ، قَالَ: فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلَاحُ، قَالَ: ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنْ بَقِيَّةِ الشَّهْرِ.
Kami berpuasa bersama Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pada bulan romadhon. Beliau tidak pernah mengimami sholat malam sama sekali, hingga romadhon tinggal 7 hari. Pada H-7 beliau mengimami kami sholat malam, hingga berlalu sepertiga malam. Kemudian pada H-6, beliau tidak mengimami kami. Hingga pada malam H-5, beliau mengimami kami sholat malam hingga berlalu setengah malam. Kamipun meminta beliau, ‘Wahai Rosululloh, bagaimana jika kita tambah sholat tarowih hingga akhir malam?’ Kemudian beliau bersabda, ‘Barangsiapa yang sholat tarowih berjamaah bersama imam hingga selesai, maka dia mendapat pahala sholat tahajud semalam suntuk.’ Kemudian H-4, beliau tidak mengimami jamaah tarowih, hingga H-3, beliau kumpulkan semua istrinya dan para sahabat. Kemudian beliau mengimami kami hingga akhir malam, sampai kami khawatir tidak mendapatkan sahur. Selanjutnya, beliau tidak lagi mengimami kami hingga romadhon berakhir. (HR. Nasai dan Ibnu Majjah)
Kesimpulan dari hadis di atas, bahwa para sahabat pada beberapa malam mereka tidak sholat tarowih berjamaah, meskipun bisa jadi mereka sholat tahajud di masjid, mereka juga puasa dan tidak diperintahkan bagi mereka untuk Mengqodhonya.
Jadi sekali lagi, puasa tanpa sholat tarowih hukumnya sah, karena tarowih bukan syarat sah puasa romadhon.
Wallahu a'lam.